Jakarta, KompasOtomotif – Indonesia terbilang tertinggal dibanding negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina, menaikkan level ke Euro IV. Namun, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, karena terlepas dari kualitas udara, ini berpengaruh pada persaingan industri otomotif dalam negeri.
Karliansyah, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan, kalau dari data yang diambil dari World Health Organiation (WHO) 2012 lalu, Indonesia menymbang 60.000 orang meninggal dunia setiap tahunnya karena pencemaran udara.
“Di Jakarta sendiri saja 57,8 persen warganya menderita sakit akibat terpapar pencemaran udara, sehingga harus membayar biaya berobat mencapai 38,5 triliun per tahun,” ujar Karliansyah, di Jakarta, Senin (3/4/2017).
Karli menambahkan, dengan penerapan ini teman-teman dari Gaikindo juga sudah siap menghadapi perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dan pemberlakuan ratifikasi ASEAN Mutual Recognition Agreement (MRA).
“Lebih dari itu juga, Permen ini bisa memberikan benefit kepada konsumen, karena lebih meningkatkan kualitas bahan bakar hingga menjamin efisiensi. Di mana RON minimal yaitu 92 (setara Pertamax atau Shell Super) dan kandungan sulfur maksimal 50 ppm (part per milion),” ucap Karli.
Keuntungan lainnya, produsen mobil di Indonesia tidak perlu lagi menyesuaikan produk untuk ekspor. Pasalnya selama ini produsen memberlakukan dua standard, untuk Euro II (dalam negeri) dan Euro IV (ekspor). Ini membuat biaya produksi menjadi tidak efisien.
Namun, Kukuh Kumara, Sekertaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengingatkan, kalau penyediaan bahan bakar, bersama dengan berlakukanya aturan Euro IV harus seiring, agar tidak timbul masalah di lapangan.
“Teknologi mesin kendaraan Euro 4 lebih sensitif, dan di negara yang sudah memberlakukan ini, mobil-mobilnya dilengkapi dengan on board diagnostic (OBD). Jadi kendaran itu tidak bisa jalan ketika mengonsumsi bahan bakar dengan spesifikasi tidak sesuai, untuk membendung konsumen nakal, yang akan menimbulkan dampak negatif lebih besar,” ujar Kukuh.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.