Jakarta, KompasOtomotif - Pajak kendaraan menjadi salah satu dilema yang dihadapi para pelaku industri otomotif Indonesia. Salah satunya, adalah dikenakannya Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) pada model sedan kecil, memaksa penjualannya semakin melemah.
PPnBM yang tinggi membuat pihak merek-merek otomotif enggan memproduksi sedan di Indonesia. Tanpa harga yang kompetitif, sedan tidak akan dilirik oleh konsumen di Indonesia, sehingga risiko rugi jadi besar.
Di sisi lain, sedan sebenarnya bisa menjadi salah satu jawaban atas keinginan pemerintah mendongkrak kinerja ekspor kendaraan dalam bentuk utuh (completely built up/CBU) dari Indonesia. Pasalnya, sedan merupakan model mobil dengan pasar terbesar di dunia, saat ini.
Yongkie D Sugiarto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mengatakan salah satu upaya dalam meningkatkan pasar dalam negeri adalah dengan meringankan PPnBM terutama untuk jenis sedan. Karena yang berkaitan langsung dengan segmen otomotif dan pemerintah adalah masalah PPnBM.
Usualan penurunan PPnBM, kata Yongkie, sudah disampaikan ke pemerintah bertahun-tahun yang lalu, dari saat ini 30 persen menjadi 10 persen.
"Kalau ini bisa dilakukan orang bisa beli dan otomatis meningkatkan volume produksi. Bahkan efeknya pabrikan akan memiliki untuk memproduksi di Indonesia bahkan tidak menutup kemungkinan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi sedan," ucap Yongkie kepada KompasOtomotif di Jakarta, Kamis (31/3/2016).
Menurut Yongkie, pada saat ini baru ada satu produsen yang masih berani memproduksi sedan, yakni Toyota, lewat Vios dan Limo. Produksi sedan mini ini sebagian besar justru diarahkan untuk ekspor, ketimbang pasar domestik yang kecil jumlahnya.
"Toyota bikin Vios tapi yang saya tahu Vios kebanyakan keluarnya model Limo yang buat Taksi. Ini karena bebas PPnBM," kata Yongkie.
Potensi Indonesia sebagai negara produsen mobil, sebenarnya dianggap sudah siap. Fasilitas dan kapasitas produksi yang mumpuni, membuat hal ini bisa diwujudkan.
"Urutannya begini, pemerintah menurunkan PPnBM supaya harganya (sedan) terjangkau. Bila terjangkau, maka dibeli orang. Kalau dibeli orang, volumenya naik. Volumenya naik, prinsipal akan membuat produksi dalam negeri, baru bisa diekspor. Memang semua ada prosesnya," ucap Jongkie.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.