Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren PHEV Melanda Dunia Otomotif

Kompas.com - 26/09/2008, 15:50 WIB

Pada Volt, mesin bensin hanya pendukung, sedangkan listrik sebagai penggerak utama. Jenis baterai yang banyak digunakan saat omo adalah lithium-ion. Alasannya, lebih cepat diisi, kemampuan menyimpan energi listrik juga besar.

Perkembangan sistem hibrida ini sangat beragam. Setiap perusahaan melakukan pengembangan dengan cara mereka sendiri. Cukup menarik adalah sistem hibrida “plug-in”yang dikembangkan oleh Volvo dan diperkenalkan ke publik beberapa bulan lalu. Perusahaan mobil asal Swedia ini, berusaha mengurangi mekanisme yang menggerakan roda. Untuk itu, mobil tidak menggunakan as roda atau sistem kopel. Mesin langsung disatukan dengan generator. Selanjutnya generator yang memasok energi listrik ke motor listrik yang dipasang di setiap roda untuk menjalankan mobil.

Di beberapa negara, tren PHEV diantisipasi oleh perusahaan listrik. Mereka pun bekerjasama dengan perusahaan mobil untuk menyediakan infrastruktur untuk pengisian. Hal ini, tentu saja memberikan peluang baru bagi perusahaan listrik membuat bisnis baru.

Target besama mereka, mengurangi pemanasan global yang ditimbulkan gas buang karena jumlah kendaraan terus bertambah. Di samping itu, juga untuk membantu mengurangi keresahan pemilik mobil karena harga bahan bakar minyak terus naik.

Meski sistem PHEV menarik banyak para ahli otomotif, kenyataannya masih saja ada yang khawatir, kondisi ini menyebabkan polusi pada tempat tertentu makin parah. Pasalnya, tenaga listrik yang diambil, tetap menggunakan energi karbon yang dibakar. Karena itu pula, PHEV bisa mengarah ke mobil listrik murni.

Masalah lainnya, PHEV membutuhkan inftrastruktur. Agar pengisian baterai bisa dilakukan di banyak tempat, misalnya di tempat parkir, harus disediakan colokan listrik. Dengan cara demikian, listrik sebagai sumber daya yang tidak menimulkan polusi dapat dimaksimalkan.

Kendala
Meski mobil hibrida dan PHEV memberikan nilai tambah secara ekonomi dan juga membantu mengurangi pemanasan global, kelebihan tersebut belum dapat mengubah “mainset” sebagian besar konsumen mobil dunia. Pasalnya, pertambahan perlengkapan yang cukup banyak dan sistemnya cukup rumit, menyebabkan harga mobil jadi lebih mahal.

Sebagai contoh, perbedaan antara Honda Civic dengan mesin konvensional dan hibrida di Indonesia mencapai Rp 170 juta. Faktor ini pula yang menyebabkan mobil hibrida terkenal dari Toyota, Prius, belum bisa dikomersialkan di Indonesia. Di samping itu, baterai selain menyita sebagian ruang mobil, juga menambah bobot kendaraan sampai 200 kg. Komponen terakhir inilah pula yang kini gencar dikembangkan oleh para ahli otomotif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com