JAKARTA, KOMPAS.com - Jalan tol sering menjadi pilihan utama bagi pengendara, terutama saat musim liburan seperti akhir tahun ini.
Namun, perjalanan panjang di jalan tol dapat meningkatkan rasa lelah yang berpotensi berbahaya bagi keselamatan pengendara.
Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), mengingatkan bahwa kelelahan dalam mengemudi sudah mulai terasa sejak kendaraan memulai perjalanan, bukan hanya saat memasuki jalan tol.
Berbagai faktor, seperti kemacetan, bencana alam, jalan rusak, hingga perilaku pengendara lain, dapat memicu rasa lelah sejak awal perjalanan. Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya istirahat secara berkala, terutama setelah berkendara lebih dari tiga jam.
"Jalan Tol Trans Jawa rawan kelelahan pengemudi, terutama di tiga titik lelah, yaitu Batang-Semarang, Solo-Ngawi (KM 543), dan Ngawi-Surabaya," ujarnya.
Ia menekankan bahwa pengemudi perlu rutin beristirahat untuk menghindari kelelahan yang bisa berujung pada microsleep, sebuah kondisi berbahaya yang bisa menurunkan konsentrasi dan kemampuan reaksi.
Jusri juga menyarankan agar pengemudi beristirahat lebih cepat jika merasa lelah akut, sekitar 30 menit hingga satu jam setelah mulai mengemudi. Kelelahan yang tidak ditangani dengan baik dapat menjadi microsleep, yang berbahaya bagi keselamatan.
Sebelumnya pihak Korlantas Polri juga mencatat bahwa kelelahan menjadi faktor utama penyebab kecelakaan lalu lintas selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025.
Brigjen Pol. Raden Slamet Santoso, Dirgakkum Korlantas Polri, mengungkapkan bahwa sebagian besar kecelakaan terjadi karena pengemudi yang kelelahan dan tidak mampu menjaga jarak aman antar kendaraan.
“Sebagian besar kecelakaan terjadi karena faktor kelelahan, di mana pengemudi tidak bisa menjaga jarak antara kendaraan yang satu dengan kendaraan lainnya,” kata dia dalam keterangannya.
Salah satu contoh kasusnya adalah kecelakaan bus di KM 80 Tol Cipali, di mana bus yang melakukan perjalanan tanpa berhenti mengalami kecelakaan akibat sopir yang mengantuk.
“Padahal, ada empat rest area, tetapi sopir tersebut tidak beristirahat. Ini yang harus dihindari,” ungkapnya.
Untuk mengurangi kecelakaan, Korlantas Polri bersama stakeholder terkait telah menyiapkan berbagai langkah antisipasi, seperti penempatan tim URAI, patroli, dan Traffic Accident Analysis (TAA) untuk merespons cepat kecelakaan.
Selain itu, Polri juga mengimbau sopir bus pariwisata untuk menyediakan minimal dua pengemudi untuk perjalanan panjang.
"Ingat, sepeda motor, angkutan berat, dan kendaraan penumpang adalah jenis kendaraan yang paling sering terlibat kecelakaan selama libur panjang," kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/12/27/174100315/waspadai-titik-lelah-di-tol-trans-jawa-saat-libur-nataru-2024-2025