JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap lajur di jalan tol memiliki fungsi yang spesifik, termasuk bahu jalan.
Lajur paling kiri biasanya diperuntukkan untuk kondisi darurat, seperti mobil mogok atau insiden lainnya.
Namun, penggunaan bahu jalan di Indonesia dapat menimbulkan risiko tinggi.
Jika pengemudi tidak berhati-hati, mereka bisa menjadi korban tabrak belakang.
Mengapa Berhenti di Bahu Jalan Tol Bisa Berbahaya?
Training Director Safety Driving Consultant Indonesia, Sony Susmana, menjelaskan bahwa berhenti di bahu jalan sebenarnya aman, asalkan pengemudi memahami aturan yang berlaku.
Namun, kondisi di Indonesia berbeda.
"Di Indonesia masih sering menggunakan bahu jalan untuk mendahului. Selama ini bahu jalan tol sering dipakai untuk menyusul, bahkan dalam kecepatan tinggi," kata Sony kepada Kompas.com pada Kamis (26/12/2024).
Meskipun berhenti di bahu jalan saat darurat diperbolehkan, kebiasaan pengguna jalan tol di Indonesia membuat hal ini berisiko.
Berhenti terlalu lama dapat berbahaya karena adanya risiko pengemudi lain yang melaju kencang di bahu jalan.
"Mobil yang berhenti di bahu jalan sudah benar. Tapi risikonya tinggi tertabrak pengemudi yang enggak tertib," lanjut Sony.
Apa Masalah Ketertiban di Jalan Tol Indonesia?
Sony juga menyoroti masalah ketertiban di jalan tol Indonesia yang cukup serius.
Selain bahu jalan yang sering disalahgunakan untuk menyalip, lajur kanan juga sering dipenuhi oleh pengemudi lambat, yang dikenal dengan istilah lane hogger.
"Banyak pengemudi yang mengebut merasa terganggu oleh lane hogger, akhirnya ambil bahu jalan untuk menyusul," ujar Sony.
Dengan pemahaman ini, penting bagi para pengemudi untuk menghormati aturan dan memperhatikan kebiasaan berkendara di jalan tol demi keselamatan semua pengguna jalan.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/12/27/064200115/bahaya-berhenti-di-bahu-jalan-tol--apa-yang-harus-diketahui-pengemudi-