JAKARTA, KOMPAS.com – Aion Indonesia optimis turunnya suku bunga acuan yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) alias BI rate sebesar 25 basis poin ke level 6 persen, bisa menggairahkan sektor otomotif khususnya di sektor kendaraan listrik.
Apalagi kondisi tersebut dibarengi membaiknya nilai tukar rupiah atau kurs terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Memberikan kepastian pasar sehingga daya beli masyarakat bisa terangsang kembali.
Andry Ciu, CEO Aion Indonesia, mengatakan, penurunan suku bunga Bank Indonesia dapat memengaruhi penjualan otomotif.
“Tentunya penurunan suku bunga BI rate, pembiayaan mobil bunganya akan terkoreksi. Kan tidak kecil pengguna mobil yang menggunakan fasilitas pembiayaan. Tentunya dengan adanya koreksi bunga, pembiayaan jadi murah,” ujar Andry di Bandung, Kamis (26/9/2024).
“Tentunya meningkatkan daya beli dari para calon pembeli kendaraan. Hal itu positif, tidak hanya untuk EV tapi otomotif pada umumnya,” kata dia.
Menurutnya, komposisi skema pembelian pada mobil listrik dan konvensional hampir sama, yakni mayoritas membeli secara kredit.
“Pembeliannya selalu lebih banyak kredit, kalau di ICE kan juga sama. Komposisi tergantung area, beda area beda gaya belinya. Jadi enggak bisa dilihat secara global, bahkan antarcabang saja komposisinya berbeda. Tapi overall tetap lebih banyak kredit,” ucap Andry.
Sebagai informasi, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), sepanjang semester satu 2024 mobil listrik berhasil terjual 11.940 unit.
Capaian ini mengalami kenaikan sebesar 104,13 persen dibanding periode sama pada 2023, yaitu sebanyak 5.849 unit.
Walaupun target tahun ini dapat tercapai, penjualan mobil listrik baru masih jauh dari target pemerintah yang sebesar 50.000 unit hingga akhir 2024.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/09/30/070200915/suku-bunga-bi-turun-peluang-penjualan-mobil-listrik-meningkat