JAKARTA, KOMPAS.com - Uni Eropa resmi menaikkan bea masuk yang lebih tinggi untuk semua mobil listrik (electric vehicle/EV) yang diimpor dari China.
Melansir Reuters, Sabtu (16/6/2024), kebijakan tersebut sebagai buntut dari investigasi anti-subsidi terhadap mobil listrik China pada Oktober 2023 lalu. Namun, penambahan tarif akan diterapkan sementara.
Secara rinci, Uni Eropa menetapkan tambahan tarif dimaksud sebesar 17,4 persen sampai 38,1 persen di luar biaya masuk yang sebelumnya sudah ada, yaitu 10 persen.
Dalam hitungan tertinggi, maka tingkat keseluruhan maksimal yang harus dibayar bisa mecapai 50 persen. Kebijakan akan diterapkan 4 Juli 2024.
Tarif impor baru ini diterapkan karena para produsen mobil listrik China mendapatkan manfaat dari subsidi yang berlebihan. Ini menimbulkan suatu ketidakadilan bagi produsen EV Eropa yang berisiko menekan pendapatan mereka.
Komisi Eropa memperkirakan pangsa pasar merek China di pasar UE telah meningkat menjadi 8 persen dari di bawah 1 persen pada tahun 2019 dan dapat mencapai 15 persen pada 2025.
Adapun harga mobil listrik China rata-rata 20 persen di bawah harga mobil produksi Eropa. Membuat perkembangan industri nasional, termasuk skala kecil dan menengah-nya terganggu karena pengurangan permintaan.
Kepala ekonom Eropa di Capital Economics Andrew Kenningham mengatakan bahwa keputusan Uni Eropa menandai perubahan besar untuk kebijakan perdagangannya.
Data dari Eurostat menunjukkan bahwa impor kendaraan listrik dari China ke Uni Eropa meningkat dari 57.000 unit pada 2020 menjadi 437.000 unit pada 2023.
Uni Eropa mengungkapkan bahwa merek-merek China seperti BYD, Geely, dan SAIC meningkatkan pangsa pasar karena subsidi besar-besaran dari Beijing yang membantu mereka menjual dengan harga lebih murah dibandingkan merek-merek Eropa.
Penerapan tarif impor ini menjadi yang pertama kali untuk industri otomotif. Sehingga membuat industri kendaraan bermotor dan pemerintah China meradang.
Juru bicara kementerian luar negeri China Lin Jian mengatakan bahwa investigasi Uni Eropa merupakan kasus proteksionisme yang khas dan tarif akan merusak kerja sama ekonomi China-Uni Eropa dan stabilitas produksi serta rantai pasokan mobil global.
“Beijing akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi dengan tegas hak-hak dan kepentingannya yang sah,” ujarnya.
Di sisi lain, Asosiasi Mobil Penumpang China (CPCA) tidak terlalu khawatir dengan penerapan tarif impor ini.
Sebab, dikatakan Sekretaris Jenderal CPCA Cui Dongshu, tarif impor Uni Eropa pada dasarnya sesuai dengan ekspektasi rata-rata sekitar 20 persen sehingga tidak akan berdampak besar pada mayoritas perusahaan China.
"Mereka yang mengekspor mobil listrik buatan China termasuk Tesla, Geely dan BYD masih memiliki potensi besar untuk berkembang di Eropa di masa depan," kata Cui.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/06/18/112200815/uni-eropa-resmi-naikkan-tarif-impor-mobil-listrik-china