JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap sepeda motor memiliki anjuran research octane number (RON) bahan bakar berbeda-beda. Ada motor yang diharuskan menggunakan BBM oktan tinggi, ada pula yang diharuskan menggunakan BBM oktan rendah.
Perbedaan nilai oktan itu disebabkan oleh beda kapasitas dan kemampuan mesin motor untuk mengkompresi bahan bakar. Contohnya, Pertamax Turbo dengan nilai oktan 98 akan sangat cocok digunakan oleh motor sport dengan kapasitas mesin 250 cc ke atas.
“Anjuran dari pabrik soal nilai oktan bahan bakar sudah tertulis di panduan penggunaan motor. Supaya performa mesin terjaga, sebaiknya disesuaikan dengan panduan penggunaan saja,” kata Anto Hananto, Kepala Bengkel AHASS 88 kepada Kompas.com, Selasa (14/3/2023).
Jika motor menggunakan nilai oktan yang lebih tinggi dari anjuran pabrik, ada potensi masalah bahkan kerusakan pada komponen-komponen tertentu. Kerusakan itu berupa mesin overheating, oli cepat habis, dan busi putus.
“Kita ambil contoh motor matik yang biasanya punya kapasitas mesin 150 cc, itu dianjurkan pakai bbm oktan 92. Kalau dipaksa pakai bbm oktan 98, akan ada masalah,” kata Anto.
Selain menaikkan oktan, pengguna juga tidak dianjurkan gonta-ganti jenis bbm. Menurut Ibnu Sambodo, Team owner Manual Tech Racing, gonta-ganti bbm bisa membuat efisiensi motor menurun.
“Ada istilah engine behavior, maksudnya adalah mesin akan beradaptasi dan menyesuaikan performa dengan bbm yang rutin digunakan. Jika gonta-ganti bbm, proses adaptasi itu bisa kacau hingga mempengaruhi performa dan efisiensi,” kata Ibnu.
Ibnu menyarankan pengguna untuk konsisten menggunakan satu jenis bbm saja dan tidak melakukan gonta-ganti. Tujuannya untuk menjaga performa motor dan membuat motor selalu irit.
“Kalau pakai pertamax, ya pertamax saja, kalau pakai shell ya shell saja. Kalau gonta-ganti, pasti akan terasa powernya berkurang dan jadi lebih boros,” ujarnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/03/15/131200415/efek-buruk-motor-sering-gonta-ganti-jenis-bbm