Contohnya seperti lajur kanan yang difungsikan hanya untuk mendahului. Namun, masih banyak pengguna jalan tol yang memanfaatkan bahu jalan untuk menyalip.
Bahu jalan tol dianggap sepi sehingga banyak dipilih pengendara untuk menyalip kendaraan di depannya.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia Sony Susmana mengatakan, ada beberapa hal yang membuat bahu jalan tidak aman dipakai untuk menyalip.
“Pertama, bahu jalan itu di luar marka dan terbuat dari alas kerikil. Tempat tersebut dipersiapkan untuk kendaraan rusak dan harus berhenti atau dalam kondisi darurat,” ucap Sony kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.
Bahu jalan juga digunakan sebagai jalur alternatif untuk kendaraan prioritas pada saat terjadi kemacetan.
Selain itu, bahu jalan juga digunakan sebagai tempat berhenti darurat bagi kendaraan yang mengalami masalah di tol.
Jika menggunakan bahu jalan tol dalam kecepatan tinggi untuk menyalip, ada risiko mobil tergelincir atau selip. Bahkan berpotensi menabrak kendaraan yang sedang berhenti dalam keadaan darurat.
“Bahu jalan itu licin karena alasnya kerikil dan banyak debu. Kecepatan 60 kpj saja mobil pasti goyang, tapi kadang pengemudi enggak sensitif jadi tetap digas. Selain itu elevasinya juga berbeda dengan jalan utama, lebih miring karena untuk pembuangan air,” kata Sony.
Bahu jalan juga memiliki lajur yang cukup sempit, jadi tidak aman kalau digunakan untuk mendahului.
Terakhir, banyak pengemudi di lajur kiri yang kaget ketika disalip mobil dari bahu jalan, sehingga bisa membahayakan.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/06/07/121200815/bahaya-jangan-menyalip-dari-bahu-jalan-tol