BREBES, KOMPAS.com - Jalan Layang Kretek yang resmi beroperasi sejak Agustus 2017 menjadi solusi atas kepadatan lalu lintas di perlintasan kereta api Paguyangan, Bumiayu, Kabupaten Brebes.
Fly over ini dibangun atas dasar kejadian macet panjang hingga 30 kilometer saat masa arus mudik Hari Raya Lebaran 2016.
Sebelum adanya Jalan Layang Kretek, seluruh kendaraan yang melaju di jalur vital lintas tengah ini wajib melalui perlintasan kereta api.
Sayangnya usai 3 bulan diresmikan hingga tahun 2021 ini, sudah terjadi beberapa kecelakaan maut di Jalan Layang Kretek.
Kecelakaan umumnya didominasi oleh angkutan barang bermuatan berat. Intensitas kecelakaan yang tinggi membuat jalan layang ini jadi sorotan masyarakat skala nasional.
Oleh karena itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menggelar agenda diskusi mengenai jalan layang ini bersama Badan Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN), Korlantas Polri, Polres Brebes, Dinas Perhubungan Jawa Tengah, Dinas Perhubungan Kabupaten Brebes, Balai Pengelola Transportasi Daerah Wilayah X Jateng dan DIY, Aliansi Masyarakat Save Fly Over Kretek dan Aptrindo Jateng & DIY, Rabu (25/8).
"Fly Over Kretek itu sudah salah desain. Jalur penyelamat lama yang digunakan sejak 2017 sekitar 700 meter di bawah Fly Over Kretek atau di bekas terminal Paguyangan kondisinya jauh dari ideal. Bisa disebut tidak memenuhi syarat sama sekali, terlalu sempit dan tajam berbeloknya," kata Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jateng & DIY Bambang Widjanarko.
Oleh karena itu, telah dibangun jalur penyelamat baru berdasarkan rekomendasi KNKT dan sudah dimanfaatkan sejak 2019. Posisi jalur penyelamat baru ini berada 500 meter di atas jalur penyelamat lama atau 200 meter di bawah jalan layang.
Menurut catatan dari KNKT, jalur penyelamat baru ini sudah menyelamatkan kurang lebih 70 truk yang mengalami rem blong. Jika diasumsikan setiap kecelakaan akibat rem blong memakan 10 korban jiwa, berarti jalur penyelamat ini sudah menyelamatkan 700 jiwa.
Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan pun menjelaskan bahwa masih banyak pengemudi truk yang tidak dibekali pengetahuan memadai tentang penggunaan rem truk. Hal ini lah yang menjadi salah satu penyumbang utama kecelakaan akibat human error.
Padahal terdapat perbedaan mendasar mengenai teknik pengereman antara di jalan datar dengan di jalan menurun. Oleh karena itu KNKT memberikan rekomendasi tambahan berupa pemasangan rambu peringatan sebagai pengingat agar pengemudi menggunakan exhaust brake dan gigi transmisi rendah.
Selain itu perlu juga untuk dipasang rambu lokasi jalur penyelamat sebagai penunjuk jika sudah terjadi gagal pengereman.
"Kami juga sedang mengusulkan pembangunan satu buah jalur penyelamat lagi dan semacam rest area untuk pendinginan rem sebelum masuk fly over", kata Wildan.
Sebagai penutup agenda diskusi forum lalu lintas tersebut, dilakukan pemasangan rambu penunjuk lokasi jalur penyelamat hasil kerjasama antara KNKT,BPJN, Dinas Perhubungan, dan Aptrindo Jateng & DIY.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/08/27/101200015/cegah-kecelakan-di-fly-over-kretek-ini-rekomendasi-dari-knkt