JAKARTA, KOMPAS.com – Perjalanan antar kota biasa dilakukan saat libur panjang, salah satunya Imlek, akhir pekan lalu. Saat ini, sudah memasuki arus balik menuju kota asal, di mana tidak sedikit pengemudi memilih jalan sore atau malam hari.
Alasannya, mengemudi pada malam hari cenderung jalan lebih sepi dengan suasana cuaca yang adem.
Memang ada benarnya, beberapa keuntungan dari mengemudi di malam hari yaitu adem dan kadang sepi. Namun dibalik itu, sebenarnya mengemudi di malam hari bukan waktu yang aman untuk mengemudi.
Training Director The Real Driving Centre Marcell Kurniawan mengatakan, ada dua hal yang menjadi tantangan ketika mengemudi di malam hari, kurangnya penerangan dan waktu biologis manusia.
“Saat malam, kemampuan spasial manusia menurun. Hal ini dikarenakan kurangnya pencahayaan dan hanya mengandalkan lampu kendaraan dan lampu jalan,” ucap Marcell kepada Kompas.com, Sabtu (13/2/2021).
Kemudian, mengemudi di malam hari masuk ke waktu tidur atau istirahat. Marcell mengatakan, kemungkinan pengemudi kelelahan atau mengalami micro sleep menjadi tinggi.
“Sehingga lebih baik tidak memaksakan diri untuk mengemudi di jam-jam tidur atau bila telah lelah,” kata Marcell.
Jika mempersiapkan diri dengan tidur sebelum berangkat, Marcell mengatakan memang bisa saja dilakukan, namun kurang efektif. Mengingat manusia jika dipaksa tidur bukan di waktunya, biasanya akan sulit dan tidak akan nyenyak.
“Begitu juga saat tubuh dipaksa bangun di waktu tidur, tubuh pasti menolak dan minta tidur,” ucapnya.
Namun jika terpaksa mengemudi di malam hari, pastikan menjaga jarak lebih jauh daripada saat siang hari. Jika biasanya jaga jarak tiga detik dengan kendaraan di depannya, saat malam ubah menjadi empat sampai lima detik jaraknya.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/02/15/094200915/tantangan-ketika-mengemudi-jarak-jauh-pada-malam-hari