JAKARTA, KOMPAS.com – Tol Cipali kembali menelan korban setelah kecelakaan terjadi di KM 184, Senin (10/8/2020). Total terdapat 8 korban jiwa, dan 13 korban mengalami luka-luka.
Kapolda Jabar Irjen Pol Rudy Sufahriadi mengatakan, saat ini pihaknya masih mendalami penyebab terjadinya kecelakaan maut yang terjadi Senin malam.
Rudy menambahkan, ada beberapa sebab kemungkinan yang melatarbelakangi kecelakaan di ruas tol Cipali tersebut.
Pertama, kecelakaan itu disebabkan oleh sopir kendaraan microbus Elf bernomor polisi D 7013 AN mengantuk.
Kedua, sopir Elf tersebut mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi sehingga hilang kendali.
Akibatnya mobil oleng dan menyeberang ke jalan arah berlawanan, kemudian terguling dan menabrak Toyota Rush bernomor polisi B 2918 PKL.
“Dua kemungkinan, pertama mengantuk, kedua kendaraan berkecepatan tinggi sehingga menyeberang jalan ke arah berlawanan, terguling dan menabrak kendaraan Rush yang berpenumpang delapan orang,” ujar Rudy, dikutip dari laman NTMC Polri.
Untuk diketahui, mengantuk memang menjadi salah satu pemicu kecelakaan. Kondisi ini biasanya terjadi karena pengemudi mengalami kelelahan setelah seharian berkendara.
Jusri Pulubuhu, Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), mengatakan, jika mulai merasa tanda-tanda mengantuk sebaiknya segera mencari tempat untuk istirahat.
Salah satu tanda mengantuk, otak sudah mulai tidak terstimuli terhadap sesuatu yang dilihat. Kalau sudah seperti ini, tandanya pengendara sudah harus berhenti atau diganti dengan sopir lainnya.
“Stimuli yaitu membaca apa yang dia lihat. Misalkan kita sedang mengemudi, kita lihat orang di pinggir jalan, kita langsung antisipasi kalau dia mau menyebrang atau apa, itu tandanya otak terstimuli,” ucap Jusri, kepada Kompas.com belum lama ini.
“Atau kita lihat bus sedang menyusul, kita langsung antisipatif. Itu tandanya otak terstimuli, sedangkan kalau kita lelah dan kantuk, tidak bisa,” katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/08/12/070200615/kecelakaan-lagi-di-tol-cipali-kenali-tanda-tanda-mengantuk-sejak-awal