JAKARTA, KOMPAS.com - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah diterapkan oleh pemerintah sejak Jumat (10/04/2020). Hal ini diterapkan dalam rangka pencegahan penularan Covid-19.
Meski sudah dikeluarkan Peraturan Gurbernur (Pergub) Nomer 33 Tahun 2020 Pasal 18 ayat 6 Pergub No. 33 Tahun 2020 berbunyi: "Angkutan roda dua berbasis aplikasi dibatasi penggunaannya hanya untuk pengangkutan barang."
Nyatanya masih ada driver ojek online yang ‘bandel’ tetap angkut penumpang dengan alasan tuntutan ekonomi.
Salah satu driver Gojek berinisial AR contohnya, ia mengaku terpaksa tetap angkut penumpang karena harus menghidupi keluarga dan membayar cicilan kendaraan.
“Memang di aplikasi sudah tidak bisa akses layanan motor, tetapi saya masih angkut penumpang beberapa kali, ini pun tidak setiap hari. Biasanya mereka orang yang saya kenal, tetangga misalnya atau yang saya temui di jalan kalau sedang nunggu angkutan umum,” ujar RA kepada Kompas.com, Selasa (14/04/2020)
Untuk masalah tarif, RA mengaku menyesuaikan dengan tarif ojek online seperti biasa.
RA melanjutkan, “beberapa kali bahkan ada yang menyapa saya duluan, kalau saya lagi tunggu orderan, nanya ke saya bisa angkut penumpang tidak? Karena memang masih banyak pekerja yang butuh ojek online, daripada mereka harus berdesak-desakan di bus atau kereta,”
RA mengatakan, dirinya bukan tidak takut atau tidak taat dengan peraturan pemerintah. Namun ia merupakan tulang punggung keluarga, yang harus menghidupi dua anak dan istrinya.
“Kalau ketemu petugas, saya bilangnya anggota keluarga, karena boleh kalau searah. Saya juga mengambil orderan yang memang searah dengan tujuan saya, kalau jauh enggak berani. Yang paling penting saya menaati semua protokol kesehatan dari pemerintah, seperti masker, penumpang saya pun begitu,” katanya.
Pria yang sudah dua tahun menjadi driver ojek online ini mengaku saat ini tidak bisa menutupi kebutuhan sehari-hari, jika hanya mengandalkan orderan makanan atau barang.
“Ojek online itu pendapatannya 80 persen dari penumpang, 20 persen baru dari antar makanan dan barang. Bayangin kalau dalam sehari cuma ada orderan makanan satu atau dua, belum lagi nunggu makanan jadi butuh waktu lama. Tidak ketutup (kebutuhannya),”
Meski begitu, RA mengaku masih banyak temannya yang lebih susah, bahkan ada yang cuma dapat satu atau dua orderan setiap harinya. Ia pun berharap pendemi ini bisa segera berakhir agar keadaan bisa kembali normal.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/04/14/165112615/karena-tuntutan-kebutuhan-cerita-akal-akalan-ojol-akali-aturan-psbb