JAKARTA, KOMPAS.com- Kecelakaan saat berkendara bisa terjadi di mana saja, termasuk saat melintasi jalan tol layang Jakarta - Cikampek (Japek) II elevated. Banyak penyebab terjadinya, kecelakaan salah satunya adalah pecah ban.
Para pemilik mobil sebaiknya tidak mengabaikan kondisi ban mobil. Jangan sampai, saat digunakan ban mobil tiba-tiba mengalami pecah sehingga bisa berakibat fatal.
Kecelakaan bisa saja terjadi dan tidak hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang lain. Maka dari itu, pemilik mobil sebaiknya mengenali penyebab terjadinya pecah ban.
Berikut ada lima penyebab terjadinya pecah ban
Kurangnya tekanan angin
Customer Engineering Support PT Michelin Indonesia, Fachrul Rozi, mengungkapkan bahwa tekanan angin pada sebuah ban sangatlah penting. Jangan sampai ban kekurangan angin sehingga bisa berakibat ban meletus.
Rozi mengungkapkan, jika tekanan angin yang kurang akan membuat kawat di dinding ban mengalami stress. Dalam kondisi ini, dinding ban yang berfungsi sebagai penahan utama bobot mobil ke jalan, tidak mampu lagi bekerja dengan baik.
“Kalau sudah terus-terusan seperti ini, kawat bisa putus, hingga membuat dinding ban sobek. Apalagi saat berjalan, ban cenderung menjadi panas,” ujarnya kepada KOMPAS.com belum lama ini.
Maka dari itu, Rozi mengingatkan pentingnya menjaga kondisi tekanan angin sesuai tire placard yang terletak di bagian pintu mobil atau pilar B. Menurutnya lebih baik kelebihan daripada kekurangan tekanan angin.
“Kondisi tekanan angin yang seharusnya diisi 32 psi, namun diisi 35 psi lebih aman. Ketimbang yang harusnya 32 psi, tapi hanya diisi 25 psi,” ujarnya.
Menggunakan ban tambalan metode tusuk
Customer Engineering Support PT Michelin Indonesia Fachrul Rozi, mengungkapkan tambal ban cacing atau model tusuk memang cukup diminati. Salah satunya karena harganya yang terjangkau.
Padahal metode ini hanya dianjurkan untuk sementara saja. Jika dalam jangka waktu lama bisa membahayakan buat pemilik kendaraan itu sendiri.
“Tambalan model tusuk atau yang seperti cacing sifatnya hanya sementara, sampai dibawa ke bengkel," ujarnya.
Sebab, lanjutnya, tambalan ini tidak secara sempurna menutup lubang yang menyebabkan bocor.
Kalau dipakai terus menerus efeknya membuat karat pada kawat ban dan berujung pecah ban.
“Air mungkin bisa masuk atau bekas sayatan makin melebar hingga berakibat karat dan pecah ban,” kata Rozi.
Perlakuan keras
Perlakuan keras terhadap ban juga bisa berakibat kerusakan. Jika berlangsung terus-menerus bukan tidak mungkin, ban akan pecah.
Misalnya sering digunakan untuk pengereman mendadak, melakukan manuver kasar, melaju di kecepatan terlalu tinggi, dan sebagainya.
Hal-hal seperti itu sering terjadi namun jarang disadari oleh pengguna. Sehingga kerap kali terabaikan dan membuat kondisi ban menjadi buruk lebih cepat dari yang seharusnya.
Kondisi ban
Salah satu penyebab terjadinya pecah ban tidak lain adalah kondisi fisik ban itu sendiri. Misalnya ban sudah dalam aus atau tipis.
Contoh lain, ban yang di sela-sela alurnya terdapat kerikil kecil yang mengganjal. Jika hal itu didiamkan dalam waktu yang lama juga bisa merusak fisik ban.
Parahnya, jika kerusakan-kerusakan ini terakumulasi bisa menyebabkan ban pecah.
Modifikasi ban
Modifikasi menjadi salah satu hobi yang banyak digemari oleh pencinta otomotif. Salah satu bagian yang sering mendapatkan sentuhan modifikasi adalah ban.
Pergantian ban jenis ban ini biasanya diiringi dengan pergantian model pelek. Padahal, memodifikasi bagian kaki-kaki tidak boleh dilakukan sembarangan.
Pasalnya, jika dilakukan tanpa memperhitungkan keamanan dan keselamatan bisa-bisa justru membahayakan pengemudi.
Seperti, mengganti diameter pelek tanpa mempertimbangkan kecepatan dan beban fisik kendaraan yang harus ditanggung. Akibatnya, beban ban juga akan tidak sesuai bisa pecah saat digunakan untuk berkendara.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/12/22/152300315/awas-pecah-ban-saat-melintas-di-tol-layang-japek-ini-5-penyebabnya