JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana untuk menerapkan bahan bakar nabati jenis biodiesel dengan campuran 30 persen (B30), awal 2020.
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna, mengatakan, langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk menekan impor bahan bakar minyak (BBM) dan meningkatkan pemanfaatan sawit di Indonesia, serta meredam emisi gas buang.
"Penyaluran B20 selama ini tidak mengalami masalah, adapun ada kendala hanya kecil sekali. Sekarang kami sedang uji coba lagi untuk pemakaian B30 ke beberapa merek mobil diesel untuk diterapkan awal tahun depan," katanya di Jakarta, Senin (9/12/2019).
Agar implementasi B30 berjalan lancar, beberapa hal dilakukan penyesuaian seperti memperketat pengolahan biodiesel (sertifikasi mutu dan kualitas produk) supaya produsen mampu memberikan produk terbaik bagi konsumen.
"Sebelumnya, kami telah melakukan uji jalan atau road test untuk penggunaan B30 sejak Mei 2019 lalu. Hasilnya, performa kendaraan, monitoring, dan evaluasi yang dikerjakan oleh tim teknis berjalan baik," ujar Feby.
Berdasarkan hasil road test sepanjang 50.000 kilometer di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah tersebut, tercatat bahwa penggunaan B30 terhadap kinerja mesin kendaraan berkapasitas 3,5 ton mengalami peningkatan daya.
Meski demikian, kendaraan mengalami penurunan emisi antara 0,01 gram hingga 0,08 gram. "Tapi ini semua masih dalam ambang batas yang ditetapkan," katanya.
Kemudian, durasi penggantian filter bahan bakar bagi kendaraan baru jadi lebih cepat, walau tak signifikan. Yakni, pada rentang 7.500 kilometer hingga 15.000 kilometer.
"Lebih jauh, selain B30 atau fatty acid methyl ester (FAME), pemerintah juga mendorong green fuel atau B100. Sifatnya hampir sama dengan minyak diesel berbasis fosil," kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/12/10/070200315/program-b30-dimulai-tahun-depan