JAKARTA, KOMPAS.com – Saat awal meluncur, mobil-mobil di segmen LCGC (Low Cost Green Car) jadi model paling murah yang tersedia di pasaran. Pada 2013, harga jual di kelas ini banyak yang dihargai di angka Rp 100 jutaan.
Kini memasuki usia lima tahun, kelihatan LCGC mana saja yang mengalami depresiasi atau penyusutan harga terbesar di antara yang lainnya.
Herjanto Kosasih, Senior Manager Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua, mengatakan Datsun Go dan Go+ jadi model yang mengalami depresiasi terbesar.
“Untuk mobil Jepang kan umumnya saat dipakai konsumen, mobil langsung terdepresiasi 20 sampai 25 persen. Datsun masuk di kategori itu, tapi dengan isu discontinue mungkin nanti bisa sampai 40 persen,” ujarnya kepada Kompas.com Selasa (26/11/2019).
Ia juga mengatakan, sementara untuk LCGC dengan nilai depresiasi paling kecil dipegang oleh Calya dan Sigra, kemudian disusul Agya dan Ayla.
Menurutnya model-model ini tak hanya laris di pasaran mobil baru. Tapi diler mobil bekas juga meminatinya, lantaran cepat dan mudah dijual kembali.
“Berbeda dengan Datsun dia kan unit bekasnya jarang sekali kelihatan, jadi tidak menjadi pilihan konsumen, mungkin karena unit barunya juga sedikit. Oleh karena itu depresiasinya makin parah,” ucap Herjanto.
“Kalau di kelas LCGC, Calya dan Sigra itu depresiasinya paling rendah cuma 15 persen. Setelah itu Agya dan Ayla, kemudian Brio dan Karimun, terakhir Datsun,” katanya.
Sementara itu Ramlan Damanik dari showroom Dian Auto di Kelapa Dua Depok, mengakui bahwa menjual produk Datsun cenderung lebih sulit ketimbang model LCGC lainnya.
“Calya-Sigra mungkin tidak sampai seminggu sudah banyak yang tanya dan langsung bisa terjual. Kalau Datsun yang minat lebih jarang, jadi lebih lama di diler, makanya jarang yang sedia juga,” ujarnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/11/26/140200515/penyusutan-harga-datsun-bekas-terbesar-di-segmen-mobil-murah