JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia memiliki target yang ambisius terkait dengan kehadiran kendaraan listrik. Dalam kurun waktu enam tahun, atau 2025, pemerintah menargetkan 20 persen kendaraan listrik dari total produksi kendaraan di Indonesia.
Tentu hal ini membutuhkan upaya yang sangat besar. Namun saran dari peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Chaikal Nuryakin bisa dipertimbangkan oleh pemerintah.
“Kalau dilihat target 20 persen dari pemerintah, tidak mungkin (model kendaraan) yang dipilih adalah yang kecil. Misal sedan, itu tidak mungkin. Harus masuk ke MPV atau mungkin LCGC. Harus terjun ke mobil sejuta umat, Avanza mungkin,” ucap Chaikal di sela pemaparan penelitiannya di Seminar Indonesia - Japan Automotive di Kementerian Perindustrian, Selasa (29/1/2019).
Masalah lain yang ditemui penelitian tersebut adalah jarangnya sosialisasi produk kendaraan listrik di showroom kendaraan. Ini membuat perkenalan teknologi kendaraan listrik, baik hybrid, baterai, plug in, atau fuel cell, terlambat diketahui masyarakat.
“Masyarakat itu sudah tahu kendaraan listrik, tapi jadi masalah kenapa di diler belum mulai? Mungkin MPV seperti Avanza jadi elektrik akan bagus. Selama ini tidak pernah ada kan? Menurut saya penting karena tidak bisa tiba-tiba masyarakat diminta untuk membeli,” ucap Chaikal.
Temuan yang didapat dari penelitian ini juga memperlihatkan masyarakat masih memandang kendaraan listrik akan merepotkan. Terutama dari kapasitas baterai dan pengisian daya.
Didapat bahwa orang yang menggunakan mobil lebih mempertimbangkan mengganti mobil ke kendaraan listrik sebab mereka tahu konsumsi bahan bakar kendaraan mereka. Ada juga yang berniat menambah dengan kendaraan listrik untuk alternatif berkendara.
“Di sisi lain kalau masih mengandalkan impor, untuk membuat kendaraan listrik ini laku maka harus ada insentif seperti menghilangkan PPNBM, PPN, biaya balik nama dan lainnya. Dari penelitian ini masyarakat berharap harga kendaraan listrik tidak lebih dari 1,1 kali harga kendaraan dengan mesin biasa. Bentuk insentifnya juga bisa ditambahkan dengan kebijakan diskon tarif listrik atau bebas ganjil genap atau bisa lewat busway,” ucap Chaikal.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/01/31/094200615/mau-mobil-listrik-bisa-laris-kalau-sekelas-avanza