Jakarta, KompasOtomotif – Terbentuknya Komunitas Relawan Sapu Bersih (Saber) ranjau paku merupakan tindak lanjut dari rasa penasaran Abdul Rohim, sang penggagas komunitas tersebut.
Rohim penasaran karena ada tebaran paku yang ditemukan di salah satu titik jalan raya. Paku-paku itu kembali terlihat, padahal sudah disingkirkan di hari sebelumnya.
“Dulu awalnya sekali itu ketika saya masih kerja di Green Garden, masih jadi sopir pribadi orang di situ pada tahun 2010. Saat itu, saya masih mengendarai sepeda. Pas pulang kerja saya lihat paku di jalan. Saya enggak ambil, tapi dipinggirin saja. Pakunya ukuran 5 cm,” kata Rohim saat ditemui di kediamannya, Pedongkelan, Cengkareng Timur, Jakarta Barat, Rabu (15/11/2017).
Saat melintasi jalan yang sama di keesokan hari, lanjut dia, paku-paku kembali terlihat. “Saya jadi berpikir ‘kok ini tiap hari ada paku di sini’. Saya pikir, ini ada yang enggak beres. Dugaan saya (paku) ini sengaja ditebarkan,” ucap Rohim.
Di hari ketiga, Rohim mulai memunguti paku-paku tersebut dan dikumpulkan ke dalam gelas air mineral bekas pakai. “Semejak itu saya pungutin sepulang kerja. Paku di sisi jalan lainnya juga saya pungutin,” kata dia.
Beberapa waktu kemudian, muncul ide menggunakan magnet. Penggunaan magnet agar upaya mengumpulkan paku lebih efektif. Akan tetapi lantaran belum mempunyai magnet yang berukuran besar, maka saat itu Rohim mencoba menggunakan magnet kecil bekas hiasan yang biasa di lekatkan di pintu kulkas.
Setelah itu, lanjut Rohim, dirinya mendapat magnet yang lebih besar. Magnet tersebut berasal dari speaker bekas yang tak terpakai. “Agak mendingan (lebih banyak) lagi yang didapatkan,” kata dia.
Rohim melanjutkan, suatu hari ketika dirinya sedang berburu ranjau paku ada seorang kernet bus Kopaja yang menghampiri sambil memberikan magnet yang ukurannya cukup besar. “Pak. Pak. Pakai ini saja, pak,” kenang Rohim, menirukan ucapan kernet tersebut kala itu.
2011, lanjut Rohim, salah seorang warga yang tempat tinggalnya tidak jauh dari perumahan tempatnya bekerja tertarik membantu. Warga tersebut bernama Siswanto. “Akhirnya kami kenal, ngobrol dan saya bertukar nomor telefon dengan beliau. Kadang kami kontakan kalau mau ngambilin paku di jalan,” kata Rohim.
Ia melanjutkan, beberapa waktu kemudian muncul ide untuk membentuk komunitas yang dinamakan Saber. Ide ini pun disampaikan Rohim kepada Siswanto. Setelah dipikirkan matang-matang, Siswanto pun mendukung.
“Akhirnya (Siswanto) setuju, dan Tanggal 5/8/2011, Saber terbentuk,” kata Rohim.
Hingga kini, Rohim masih terus berburu ranjau paku dan jari-jari payung. Kegiatan ini dilakukan pada sore hari, usai bekerja. Seiring perjalan pulang, Rohim akan singgah di beberapa titik rawan. Di antaranya adalah jalan Gatot Subroto, tepatnya di depan Gedung MPR/DPR/DPD menuju Slipi, Jakarta Barat. Kemudian, Perburuan dilajutkan di Daerah Pesing, tepatnya di jalan raya yang menuju Taman Kota.
https://otomotif.kompas.com/read/2017/11/16/162200915/cerita-sebelum-ide-saber-ranjau-paku-dibentuk-