Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
M Wahab S
Pengamat F1 dan Otomotif Nasional

Komentator F1, penulis lepas, founder Forum Komunikasi Klub dan Komunitas Otomotif Indonesia (FK3O), Manager Operasional Shop & Drive PT Astra otoparts Tbk (1999 - 2001), General Manager PT Artha Puncak Semesta Indonesia. Akun twitter : @emwees.

kolom

Regulasi F1 2017 : Menjegal Dominasi

Kompas.com - 13/03/2017, 18:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAgung Kurniawan


Jakarta, KompasOtomotif
– Dalam suatu wawancara pada 2014 dengan salah satu tabloid terkemuka di Indonesia, seorang jurnalis bertanya, “Apakah regulasi musim balap 2014 itu bertujuan untuk menjegal Red Bull Racing dan Sebastian Vettel? Saya jawab, Iya”.

Pada dasarnya setiap perubahan regulasi pada Formula 1 hampir dapat dipastikan tidak akan menguntungkan tim yang kuat alias membela yang lemah. Dasar utama dalam setiap pembuatan atau perubahan regulasi adalah membuat kompetisi menjadi menarik meskipun saat ini sulit untuk dikatakan menjadikannya setara.

Kata “menjegal” menjadi halal ketika kita paham prinsip dan tujuan pembuatan regulasi, tetapi ‘haram’ hukumnya apabila terjadi dominasi sebuah tim dalam beberapa musim. Faktanya, musim balap 2000-2004 menjadi musim keemasan terakhir Ferrari dengan dominasi pembalap Michael Schumacher. Termasuk era Sebastian Vettel di Red Bull Racing terjadi pada musim 2010-2013. Selanjutnya, tentu saja musim 2014-2016 dominasi Mercedes tidak terelakkan.

Sebenernya tidaklah salah adanya dominasi sebuah tim dalam 1 musim, toh itu adalah hasil kerja keras mereka dalam mengintrepetasikan regulasi dan mengubahnya menjadi sebuah keunggulan teknologi. Tetapi dominasi dalam beberapa musim justru membuat balapan tidak menarik karena pemenang seperti sudah diketahui sebelum balapan berlangsung dan dampaknya tentu saja kepada bisnis Formula 1 itu sendiri karena akan ditinggalkan oleh penontonnya. Di luar sisi daya saing, regulasi juga mengedepankan faktor safety, budget, dan isu lain, seperti lingkungan dalam setiap perubahannya.

Terkadang hubungan antara FIA (Federation Internationale de L’automobile)  dan Tim F1 seperti polisi dan penjahatnya. Siapa yang cerdik, dia lah yang menang.

YUYA SHINO/AFP PHOTO Pebalap Mercedes AMG Petronas F1 Team asal Inggris, Lewis Hamilton, melakukan pit stop saat balapan GP Jepang di Sirkuit Suzuka, Minggu (9/10/2016).

Dua sisi dengan fokus pekerjaan yang berbeda tetapi di area yang sama dan berhubungan. Regulasi selalu punya celah, tim yang pandai menginterpetrasi celah regulasi lah yang akan memperoleh keuntungan secara maksimal. Pada musim berikutnya  seolah tim pemanfaat celah akan dihukum dan tidak diperkenankan memanfaatkan kesempatan itu, namun yang terjadi adalah celah lain muncul dan kembali dimanfaatkan oleh para penggunanya.

Kembali masalah “menjegal”, pada musim 2014 Red Bull Racing tidak mendominasi lagi balapan. Artinya penjegalan itu  berhasil dan kenyataannya Red Bull Racing benar benar terhempas. Lantas apakah musim balap 2017, FIA sebagai regulator akankah kembali “menjegal” Mercedes F1 Team, sebagai tim yang dominan pada tiga musim terakhir? Nampaknya hal yang sama akan dilakukan oleh FIA, terbukti dengan perubahan perubahan regulasi yang mengedepankan sisi aerodinamika untuk mengimbangi kekuatan Mercedes dari sisi mesin.

Ada yang berbeda di saat penjegalan terjadi antara 2014 dengan 2017. Musim 2014 secara bebarengan FIA menerapkan kewajiban untuk mengubah spesikasi mesin dari 2.4L V8 natural aspirated menjadi 1.6L V6 turbo, hal itu tidak terjadi di musim ini. Kebetulan mesin Mercedes begitu perkasa dibanding mesin Renault dan Ferrari. Tetapi pelarangan teknologi exhaust blown diffuser ala Red Bull Racing yang dipadu dengan engine mapping, menjadi alasan utama menyebut praktik penjegalan terjadi.

Padahal Chief Technical Officer Red Bull Racing Adrian Newey begitu sempurna membuat mobil balapnya tanpa tandingan dengan kekuatan pada sektor aerodinamika. Sebastian Vettel cukup terbantu dengan sistem kerja yang memungkinkan udara tetap mengalir ke diffuser tanpa menginjak pedal gas sekalipun. Musim 2014, Mercedes pun cukup beruntung tanpa mengurangi penghargaan atas hasil kerja keras mereka membuat mesin yang cukup mumpuni.

AFP PHOTO/LLUIS GENE Pebalap Ferrari asal Finlandia, Kimi Raikkonen, bersiap menjalani uji coba pramusim di Sirkuit de Catalunya, Barcelona, Kamis (19/2/2015).

Di sisi lain musim 2017 ini cukup spesial dengan perubahan kepemilikan penyelenggara F1 dari “one man show” Bernie Ecclestone kepada liberty media. Apabila regulasi tidak makin membuat F1 menarik maka balapan ini akan semakin ditinggalkan oleh penonton. Dalam kurun 7 tahun sejak 2008 sampai 2015, F1 diperkirakan sudah kehilangan 200 juta penonton, ini akibat dari banyak faktor, misal suara yang tidak melengking lagi akibat penggunaan turbo, tidak adanya icon di F1 setelah era Schumacher, tidak adanya refueling sehingga handicap pitstop berkurang, dan lain-lain. Sebuah pekerjaan rumah untuk liberty media dan FIA untuk membuat F 1 kembali Berjaya.

Seperti apa regulasi yang akan berubah di musim balap 2017? Di mana sisi yang berubah sehingga kinerja aero sebuah mobil akan meningkat? Tahukan Anda bahwa regulasi 2017 ada yang tidak berdampak pada performance dan hanya untuk memperbaiki penampilan saja ?

Semua akan saya jelaskan dalam artikel selanjutnya dan selamat datang musim balap Formula 1 2017, awal dari penjegalan Mercedes F1 team kembali berlaku.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau