Jakarta, KompasOtomotif - Wacana penerapan Euro 4 dan program Low Carbon Emission (LCE), ibaratnya bukan pembahasan baru di industri otomotif. Mungkin sudah beribu pertanyaan terlontar dari para wartawan, seraya mengawal program ini sampai diterbitkan.
Namun, di antara kedua rencana tersebut, mana terlebih dahulu yang aturannya bakal lebih cepat dilahirkan? Jangan sampai nantinya ini seperti cerita telur dan ayam, yang tak pernah ada habisnya.
I Gusti Putu Suryawirawan, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) mengatakan kalau kedua kebijakan tersebut, akan dihadirkan secara bersamaan. Jadi di satu sisi, pemerintah komitmen di Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Paris (Conference of the Parties/COP21), di lain pihak harus memperjuangkan industri otomotif Tanah Air.
"Ini harus paralel, di satu sisi kami punya komitmen di COP21 (LCEP dan Carbon Tax), tapi juga kami harus bersaing di sisi industri (Euro 4 dan bahan bakar). Nantinya yang di tengah jalan ketemu kami baru kombinasikan," ujar Putu saat dijumpai pada sela-sela diskusi E-Mobility Future of Automotive Industry di Jakarta, Senin (14/11/2016).
Yan Sibarang Tandiele, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian menambahkan, program LCE dimaksudkan untuk diimplementasikan terlebih dahulu. Tujuannya untuk mendorong industri otomotif mempersiapkan diri, sebelum menuju kepada pemberlakuan tax berdasarkan CO2 (CO2 based tax).
"Namun, program tersebut (LCE) harus didukung dengan ketersediaan bahan bakar yang sesuai, agar dapat dihasilkan emisi CO2 yang rendah. Akibat dari pemberlakuan pajak CO2 adalah, mobil yang emisinya rendah akan dikenakan pajak yang lebih rendah pula," ujar Yan kepada KompasOtomotif, Selasa (15/11/2016).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.