Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobil Rancangan Mahasiswa Indonesia Berjaya di Adu Irit Shell

Kompas.com - 02/03/2015, 08:44 WIB
Manila, KompasOtomotif - Perwakilan Indonesia mencatat kemenangan pada ajang Shell Eco-Marathon Asia 2015. Tim ITS 2 dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Indonesia, sukses mencatat rekor jarak tempuh terjauh 152,7 kpl dalam kategori Urban Concept Shell Fuel Save Diesel.

Sedangkan, Tim Batavia Generation dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mendapatkan peringkat ketiga untuk kategori Prototype Shell Fuel Save Gasoline, dengan jarak tempuh 485.4 kpl, atau setara dengan jarak Jakarta-Semarang.

Mahasiswa Indonesia unggul dalam kategori Urban Concept Shell Fuel Save Diesel dengan meraih peringkat 1, 2, dan 3. Peringkat kedua kategori adalah Cikal Diesel dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berhasil menempuh jarak 136.9 kpl. Peringkat ketiga diraih oleh Tim Bengawan 2 dari Universitas Sebelas Maret (UNS) dengan rekor jarak tempuh 99.2 kpl.  

Sementara itu pada kategori Urban Concept Shell Fuel Save alternative fuel, penghargaan diraih oleh dua tim Indonesia yakni Tim Horas Mesin Universitas Sumatra Utara (USU) dengan kendaraan berbahan etanol yang berhasil menjadi juara kedua dengan rekor jarak tempuh 134.7 kpl. Tim IST Akprind 1 dari Institut Sains & Teknologi AKPRIND pada peringkat ketiga dengan mengusung kendaraan berbahan bakar etanol yang mencapai jarak tempuh 89 kpl.

“Kami bangga sekali dengan prestasi tim mahasiswa Indonesia dalam kompetisi ini. Mulai dari proses seleksi awal hingga mereka bisa berkompetisi dan menjadi juara di Manila merupakan suatu perjalanan yang luar biasa. Kendaraan yang mereka rancang dengan memikirkan inovasi terhadap penggunaan bahan bakar, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang diperhitungkan oleh negara-negara lain,” ujar Darwin Silalahi, Presiden Direktur dan Country Chairman Shell Indonesia dalam siaran persnya (2/3/2015).

Rizaldy Hakim Ash Shiddieqy, Tim Manager ITS Team 2 yang sekaligus merupakan juara bertahan SEM Asia sejak 2011 mengatakan pada lomba kali ini banyak tantangan yang harus dilewati, khususnya soal lintasan,

“Tantangan kami di ajang SEM kali ini lebih kepada lintasan. Tahun lalu lintasan aspal semua arat dan sekarang ini terdapat paving garis dan mobil harus stabil untuk mengejar efisiensi bahan bakar. Kami mau mengembangkan lagi Sapu Angin Diesel ini karena target kami adalah 300 kpl,” ujar Rizaldy.
 
Pemenang tahun ini mengalahkan lebih dari 120 tim mahasiswa dari 17 negara di Asia dan Timur Tengah, termasuk tim mahasiswa baru dari Australia, Bangladesh, Oman dan Arab Saudi. Para tim peserta mengusung kendaraan dalam salah satu kategori Urban Concept atau Prototype dengan salah satu dari tujuh jenis energi yang berbeda. Hasil akhir diukur dari tim mana yang dapat menempuh jarak terjauh dengan menggunakan bahan bakar setara dengan 1 kWh listrik, 1 m3 hidrogen atau 1 liter bahan bakar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau