Awal pekan lalu, KompasOtomotif mendapat kesempatan menjajal performa mesin bertenaga 220 tk tersebut dengan rute Jakarta-Bandung melalui Subang. Jalur tersebut jadi pilihan menarik mengingat banyaknya tantangan dengan ragam kondisi jalan.
Saat mulai masuk jalan raya, karakter mesin V6 dengan torsi 281 Nm ternyata nyaman digunakan di kondisi jalan macet dengan karakter stop and go. Tapi, ketika saat masuk jalan bebas hambatan dan pedal gas spontan ditekan hingga mentok (kick down), maka respon tenaga langsung terasa. Hanya saja, semburan tenaga tidak sebrutal varian Dakkar yang memiliki torsi 350 Nm.
Proses perpindahan gigi baik ke posisi lebih tinggi maupun rendah terasa halus. Hal tersebut berkat teknologi CVT yang ditanamkan pada transmisi matik lima percepatan. Hanya ketika akan melakukan akselerasi spontan untuk sesaat, pelepasan tekanan pada pedal gas harus disesuaikan, agar tidak terjadi jeda entakan deselerasi. Begitu pula ketika ingin kembali berakselerasi.
Menantang
Paling mantap ketika sudah masuk wilayah Subang yang identik dengan tanjakan, turunan dan tikungan tajam. Rasa percaya diri untuk menyusul truk dan angkutan umum tetap terjaga meski saat kondisi menanjak. Semburan torsi untuk berakselerasi spontan bisa diandalkan. Lebih nikmat lagi ketika menggunakan paddle shift, terasa seperti memakai transmisi manual. Bedanya tentu tanpa menginjak pedal kopling.
Stabilitas suspensi memang tak perlu diragukan lagi. Sama seperti versi diesel yang lincah dan stabil. Hanya saja ketika sempat berpetualang di Ciater Resort ayunan suspensi terasa sedikit agak keras dibanding versi diesel. Namun masih dalam skala normal untuk ukuran SUV.