Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Daur Ulang Ban Bekas Mendunia

Kompas.com - 13/08/2014, 07:45 WIB
Febri Ardani Saragih

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif - Salah satu hal yang tidak terelakan dari hasil industri otomotif adalah limbah. Seiring waktu yang terus bergulir, tidak semua material pada kendaraan usang bisa di daur ulang. Namun pelaku bisnis dengan pemikiran peduli lingkungan punya celah memanfaatkan situasi ini.

Di Indonesia, karet ban mobil bekas digunakan sebagai bahan baku sandal. Di Kampung Kebanaran, Kecamatan Purwokerto Barat, Banyumas, ada lebih dari 40 perajin sandal bandol (ban bodhol). Setiap perajin bisa memperkerjakan 12 sampai 25 tenaga kerja. Mengikuti tren pasar, sandal bandol punya desain modern dan tersebar hingga pulau-pulau besar Nusantara.

Autoblog, Selasa (11/8/2014), mengungkapkan industri semacam ini sudah mendunia. Perusahaan mikro lokal di Kenya juga melakukan hal serupa, membuat kerajinan tangan berupa sandal dari ban bekas yang disebut Akala.

Sandal tersebut dijual dengan harga Rp 25.000 – 60.000, jauh lebih rendah dibanding sandal “bermerek” yang dijual di pasaran. Kelebihannya, umur pakai 10 kali lipat lebih awet dibanding sandal “biasa”. Bahkan, suku Massai di selatan Kenya sudah menggunakan Akala puluhan tahun karena ketangguhannya.

Di AS, perusahaan Detroit Threads dibantu mahasiswa University of Michigan, mengumpulkan 35.000 ban bekas selama setahun dari Detroit kemudian mengubahnya menjadi sandal seharga Rp 290.000.

Lain lagi seperti di Swedia. Perusahaan bernama , Apokalyps Labotek, mengolah ban bekas menjadi bubuk lalu mencampurnya dengan plastik daur ulang untuk menghasilkan lapisan lantai sekuat Akala. Sementara di India, perusahaan lokal Anu Tandon Vieira, mengerjakan ban bekas dengan campuran bahan daur ulang lain untuk membuat bahan baku furnitur outdoor yang tahan lama.

Di tengah kemajuan teknologi yang bisa menghasilkan ban tanpa angin dan regenerasi tapak, industri memanfaatkan ban bekas sebagai bahan baku utama yang harus dilestarikan. Tentu tujuannya besar, menjaga lingkungan tetap “hijau” dengan pikiran kreatif yang bisa menyelamatkan dunia suatu hari nanti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com