JAKARTA, KOMPAS.com - Pengendara sepeda motor dituntut untuk lebih perhatian terhadap riding gear. Sebab perlindungan pengendara motor hanya pakaian atau perlengkapan kendaraan itu sendiri.
Namun demikian pengendara di Indonesia disebut termasuk yang acuh pada kelengkapan riding gear. Hal ini disebut karena masyarakat belum menjadikan pola keselamatan sebagai tren gaya hidup.
Baca juga: Banderol LSUV Bekas Jelang Lebaran 2024, Rush mulai Rp 80 Jutaan
Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), memberikan contoh, perbedaan para bikers di luar negeri dengan di Indonesia yang disebutnya banyak alasan.
"Saya perhatikan ya bikers luar negeri itu tidak kompromi pada keselamatan. Misalkan, buat ke kantor saja dia pakai sepatu riding yang menutupi engkel kaki," kata Jusri kepada Kompas.com, akhir pekan lalu.
Jusri mengatakan, bikers di luar negeri bisa memakai jaket, helm full face, dan sepatu tinggi karena memang cuaca mendukung kecuali musim panas. Namun pada intinya tiap individu percaya bahwa riding gear yang baik memang penting.
"Ini sangat berbeda dengan bikers di Indonesia karena alasannya selalu ribet. Itu yang saya lihat perbedaanya, sebab di sini belum jadi gaya hidup," ujar Jusri.
Baca juga: Banderol LSUV Bekas Jelang Lebaran 2024, Rush mulai Rp 80 Jutaan
Jusri menekankan, perlengkapan berkendara merupakan hal krusial. Namun diakui safety gear yang bagus biasanya berat dan menyulitkan. Hal ini bakal berpengaruh banyak pada penggendara motor.
Untuk itu pengendara motor perlu jeli dalam memilih riding gear yang tepat. Supaya sisi keselamatan tetap terjaga tapi tidak menyiksa "tubuh" terutama di siang hari.
Triknya ialah memakai riding gear minimum yang masih bisa melindungi tubuh dengan baik apabila terjadi kecelakaan.
"Gunakan riding gear yang minimum tidak perlu yang ideal, namun mesti dipahami bahwa riding gear ini dalam konteks penggunaan di dalam kota," ujar Jusri.
Baca juga: Mudik Lebaran Naik Bus, Pahami Kode dari Sopir Saat Ada Copet
Pada siang hari yang panas bisa mengganti helm full face atau tertutup menggunakan open face atau tipe yang bagian depan terbuka.
"Kecepatan yang diperbolehkan di dalam kota itu 50 kpj, helm misalkan, yang ideal itu full face, tapi minimum yang open face," ujarnya.
"Kemudian jaket pilih yang bahannya bisa tembus angin jangan yang menahan angin. Di dalamnya pakai base layer yaitu pakaian buat dalam yang menyerap keringat," ujar Jusri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.