JAKARTA, KOMPAS.com - Populasi kendaraan listrik di Indonesia diprediksi bertambah dan meningkat pesat pada 2024, khususnya setelah pemerintah semakin gencar mendorong agenda elektrifikasi nasional.
Hadirnya beberapa program bantuan baru seperti insentif mobil listrik, hybrid, serta subsidi motor listrik, juga diprediksi bisa memberikan stimulus kepada produsen dan konsumen.
Beberapa pihak mempertanyakan implikasi jangka panjang dari meningkatnya popularitas kendaraan listrik berbasis baterai (KLBB), salah satunya terkait efeknya terhadap industri minyak dan gas (migas) serta turunannya.
Menyikapi hal ini, Shell Indonesia sebagai salah satu perusahaan migas yang sudah lama berkiprah, mengaku tidak khawatir dengan popularitas kendaraan listrik.
Baca juga: Hyundai Luncurkan Ioniq 5 Facelift, Kapasitas Baterai Lebih Besar
Jason Wong, Executive Vice President Global Lubricants Shell menjelaskan, konsumen pengguna kendaraan masih sangat membutuhkan produk-produk yang berkaitan dengan migas, baik itu petrol atau pelumas.
Dia juga optimistis jika perusahaan migas akan tetap berjaya hingga setidaknya dua dekade ke depan, dan permintaannya akan tetap tinggi.
“Dari perspektif Shell, kami yakin kalau dalam 10 tahun sampai 20 tahun ke depan, produk pelumas masih akan sangat berkembang permintaannya dan sangat dibutuhkan,” ucapnya saat berbincang dengan Kompas.com di Jakarta, Senin (4/3/2024).
Baca juga: DAMRI Operasikan Bus Listrik BTS di Surabaya, Tarif Rp 6.200
Jason lanjut membagikan kalkulasi dan logika sederhana di balik optmismes tersebut. Kaitannya adalah dengan populasi total dari kendaraan yang beredar saat ini.
Pria yang juga pernah menjabat sebagai President Director Shell China ini menambahkan, demografi kendaraan di China bisa dijadikan patok utama.
“Kami rasa terlalu terburu-buru kalau kita bilang sekarang ‘EV sudah sepenuhnya berkembang’. Kalau kita lihat China saja yang perkembangan EV-nya sangat pesat, dan penjualan mobil per-tahunnya itu sudah 40 persen EV. Tapi kalau kita lihat populasi mobil secara total, populasi ICE (di China) masih sangat tinggi,” kata dia.
Baca juga: Layanan Mudik Gratis Motor dengan Kereta Api Diperpanjang sampai Jawa Timur
Menurutnya, proses elektrifikasi bisa saja terjadi dalam waktu lebih cepat dari perkiraan. Namun satu hal yang harus diingat, populasi mobil ICE pasti jauh lebih banyak.
“Kalaupun penjualan mobil baru sudah 100 persen dipegang EV, tetap saja populasi dominan adalah ICE. EV butuh waktu tahunan untuk bisa mengimbangi bahkan melebihi populasi ICE secara total,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.