Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ragam Kesalahan Mengemudikan Mobil yang Sering Dilakukan Pemula

Kompas.com - 01/08/2023, 15:12 WIB
Daafa Alhaqqy Muhammad,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belajar mengemudi mobil yang dilakukan tanpa supervisi ahli, apalagi secara otodidak, beresiko memunculkan teknik yang keliru.

Seringkali, pemula yang belajar tanpa bimbingan ahli, hanya mengandalkan instruksi dari rekan sejawat atau orang tua, bahkan video di youtube.

Menurut Indra Rahmawan, Pemilik Sekolah Mengemudi Citra Mulia Mandiri (CMM), sikap tersebut dianggap sebagai inisiatif keliru. Pemula yang belajar tanpa arahan, akan mengadopsi beberapa sikap yang salah.

Sikap salah yang dimaksud contohnya koordinasi kaki kanan dan kiri yang tidak sesuai, kaku saat mengoperasikan tuas transmisi, dan teknik memutar setir yang asal-asalan.

Baca juga: Syarat Dapat Servis Gratis untuk Mobil Baru di Bengkel Resmi

Ilustrasi sertifikat mengemudi jadi syarat buat SIM.ntmcpolri.info Ilustrasi sertifikat mengemudi jadi syarat buat SIM.

“Yang paling sering saya jumpai itu pengguna matik yang belajar otodidak, kaki kanan di pedal gas tapi kaki kiri di pedal rem. Nah, ini kan keliru sekali,” ucapnya kepada Kompas.com di Tangerang, Kamis (27/7/2023).

Untuk diketahui, mobil matik memang tidak membutuhkan pedal kopling dan hanya menggunakan gas serta rem saja. Namun, kaki kiri tidak boleh digunakaan dan harus langsam.

“Kan ada footrest, kaki kiri itu harusnya didiamkan saja,” ucap pria yang menjadi instruktur selama lebih dari 20 tahun itu.

Kekeliruan saat mengemudikan mobil manual juga bisa terjadi, dalam hal kaki kiri terus menerus menginjak pedal kopling. Hal ini cukup beresiko, karena bisa membuat kampas kopling cepat habis.

Baca juga: Jangan Sembarang Pilih Cairan Engine Flush, Bisa Bikin Sil Rembes

Ilustrasi mengemudi sambil mendengarkan musikKompas.com Ilustrasi mengemudi sambil mendengarkan musik

Selain kaki, koordinasi tangan yang kurang tepat, kerap kali dijumpai pada pengendara pemula dan memiliki jam terbang rendah.

Indra mengatakan, dirinya sering menjumpai situasi pengendara yang terlalu kaku dan tidak luwes. Hal ini berpengaruh pada perpindahan transmisi dan pengoperasian kemudi.

“Nyetir yang benar itu luwes, rileks, jangan ada bagian badan yang kaku. Khususnya area gerak atas, harus luwes karena mengoperasikan kemudi,” ujarnya.

Solusi untuk menghindari kesalahan-kesalahan semacam itu sebetulnya cukup mudah, dalam hal ini, pengendara harus memperbanyak jam terbang sembari diawasi.

Baca juga: Toyota Hilux GR Sport Facelift Meluncur di Australia

Ilustrasi belajar mengemudi mobil di sekolah mengemudiKemendikbudristek Ilustrasi belajar mengemudi mobil di sekolah mengemudi

Penyerapan ilmu bagi tiap orang tentu berbeda, namun menurut Indra, seseorang bisa dikatakan ‘lancar’ berkendara jika sudah berkendara selama 100 jam total.

“Memamng butuh waktu, cuma setelah 100 jam, umumnya pengendara sudah paham akan fitur-fitur keselamatan, pengoperasian, serta manuver mobil. Cara mengemudinya juga pasti lebih rileks,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau