JAKARTA, KOMPAS.com – Perilaku pengguna kendaraan yang buruk dan kondisi pelintasan sebidang yang bervariasi telah menyebabkan maraknya kasus kecelakaan kereta api dengan kendaraan.
Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno, mengatakan, kasus kecelakaan di pelintasan sebidang terus naik dan persentasenya mencapai 87 persen.
Ia mencatat, selain KA Brantas relasi Jakarta-Blitar dengan truk trailer di Semarang, kecelakaan juga terjadi di Lampung melibatkan KA Kuala Stabas dengan truk bermuatan tebu, dan KA Sri Bilah Utama dengan Nissan Juke di Medan beberapa waktu lalu.
Baca juga: Suzuki Luncurkan Gixxer 250 Terbaru, Rp 51 Jutaan
“Kecelakaan lalu lintas di pelintasan sebidang mengingatkan kita untuk memprioritaskan perjalanan kereta api. Sebab, laju ular besi ini tidak bisa diberhentikan mendadak,” kata Djoko, dalam keterangan tertulis (23/7/2023)
Menurutnya, tiga kasus di atas terjadi karena pengguna jalan tidak mematuhi aturan yang berlaku. Sehingga, yang perlu dilakukan pengendara adalah mematuhi aturan lalu lintas untuk menghindari bahaya kecelakaan lalu lintas di pelintasan sebidang.
“Masih tingginya musibah kecelakaan di pelintasan sebidang cukup memprihatinkan. Perlu dipertimbangkan memasang videotron di pelintasan padat lalu lintas,” ucap Djoko, yang kini menjabat Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah MTI Pusat.
Baca juga: Komentar Bijak Stoner Soal Masa Depan Marquez
“Videotron tersebut menayangkan sosialisasi dan bahaya pelanggaran di pelintasan sebidang. Agar masyarakat mau tertib berlalu lintas saat melintas di perpotongan sebidang,” kata dia.
Kemudian, Pemerintah juga diharapkan dapat menyusun anggaran untuk mendukung peningkatan keselamatan masyarakat, termasuk membuat jalan atau jalur layang. Supaya tidak ada lagi pelintasan kereta api sebidang, terutama di titik-titik yang rawan kecelakaan.
Selain itu, penanganan teknis di pelintasan sebidang. Misalnya dengan perkerasan pracetak menggunakan komponen beton pracetak untuk pelintasan.
Baca juga: Ingat Kembali, Beda Sanksi Tidak Punya dan Tidak Bawa SIM
Djoko mengungkapkan, keunggulan dari sistem beton pracetak adalah efisien, material beton dengan mutu yang baik, lebih kuat, tahan lama, tahan aus, dan minim perawatan, serta dirancang dengan sistem knock down.
Perkerasan sintetis juga bisa dipertimbangkan. Kelebihannya adalah pemasangan yang cepat dan masa layan yang lama.
Penggunaan Early Warning System (EWS) seperti yang diterapkan di beberapa lokasi pelintasan sebidang di Jawa Timur juga bisa ditiru.
Sistem ini merupakan sistem peringatan/deteksi dini pada pelintasan sebidang untuk mendeteksi kedatangan kereta melalui sirine dan lampu peringatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.