JAKARTA, KOMPAS.com – Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) menyatakan Indonesia menjadi negara paling tertinggal di Asia Tenggara, dalam komitmen peralihan penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan.
Berdasarkan data yang dihimpun KPBB, saat ini Indonesia menjadi negara terakhir di Asia Tenggara yang belum mengadopsi standar Euro 4.
"Negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, Malaysia sudah mengadopsinya. Bahkan Singapura sudah mengadopsi standar Euro 5," ujar Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin, disitat dari webinar Youtube Infokpbb (7/9/2022).
Baca juga: Mengenal Beda Bio Solar, Dexlite, dan Pertadex untuk Mesin Diesel
Puput sapaan akrabnya, mengatakan, aturan penggunaan BBM Euro 4 belum terlaksana dengan maksimal meski Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) sudah mengeluarkan regulasi terkait standar minimum penggunaan BBM.
Seperti diketahui, Indonesia hingga saat ini masih menyediakan tiga jenis BBM kotor yang seharusnya sudah dihapuskan.
Ketiga BBM itu di antaranya adalah Pertalite (RON 90), Solar (CN 48), dan Dexlite (CN 51). Padahal di banyak negara dunia, jenis BBM kotor seperti itu sudah lama ditinggalkan.
Baca juga: Kesalahan Pengemudi Mobil Matik yang Bikin Transmisi Cepat Rusak
Berdasarkan data KPBB pada 2019, BBM jenis Solar menjadi yang paling banyak digunakan sepanjang tahun, lalu diikuti oleh Pertalite dan Pertamax.
Sebagai informasi, pada 2020 Indonesia bahkan masih melakukan impor diesel fuel mencapai lebih dari 5 juta kiloliter. Sementara untuk gasoline angka impornya mencapai lebih dari 17,6 juta kiloliter.
Puput menambahkan, sampai saat ini belum ada keinginan kuat dari pemerintah dalam mengupayakan penghapusan BBM kotor.
Baca juga: Daftar Mobil di Bawah 1.400 cc yang Boleh Pakai Pertalite, Ada Mobil Mewah
Dan ironisnya, meski kualitas BBM yang ada di Indonesia rendah, namun harga BBM di Indonesia tidak serta-merta jadi lebih murah dibandingkan dengan negara lain.
"Karena kita tahu itu jadi salah satu sumber tempat yang bisa memberikan kompensasi atau pundi-pundi untuk kepentingan politik,” ucap Puput.
"Ada problem dengan harga pokok BBM dan kemampuannya dalam memenuhi standar Euro. Meskipun speknya lebih rendah, harga pokok penjualan (HPP) BBM di Indonesia lebih mahal jika dibandingkan dengan beberapa negara seperti Malaysia dan Australia," kata dia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.