BATANG, KOMPAS.com – Harga mobil listrik di Indonesia saat ini masih terbilang tinggi. Hal ini disinyalir jadi salah satu penyebab mengapa penjualan mobil listrik yang tidak selaris kendaraan konvensional.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, harga mobil listrik yang mahal disebabkan tingginya biaya baterai.
“Karena memang hampir 50 persen, harga dari mobil itu memang cost-nya ada di baterai,” ucap Jokowi, dalam tayangan langsung di Youtube Sekretariat Presiden Rabu (8/6/2022).
Baca juga: Jokowi Coba Genesis G80 di Batang, Ini Pengalaman Pakai Mobil Listrik ke Luar Kota
Meski begitu, ia optimistis harga mobil listrik akan semakin kompetitif. Terutama saat teknologi baru pengembangan baterai ditemukan.
“Kalau nanti ketemu teknologi terbaru, harga baterainya akan semakin murah. Apalagi dibangun di Indonesia, di tempat di mana nikelnya itu ada, cobaltnya ada,” kata Jokowi.
“Sehingga semuanya dikerjakan dari hulu sampai hilir. Itu akan bisa menekan cost, paling murah, sehingga kompetitif. Saya kira ini masalah teknologi saja,” tutur dia.
Baca juga: Catat, Ini 7 Provinsi yang Terapkan Pemutihan Pajak Kendaraan
Sebelumnya, Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara, mengatakan, kemampuan daya beli masyarakat Indonesia terhadap mobil masih di bawah Rp 250 juta. Padahal, harga mobil listrik paling murah dipatok Rp 600 juta.
Menurut Kukuh, hal ini membuat penjualan mobil listrik di Indonesia belum sebesar atau tertinggal dari negara-negara lain di dunia.
"Harga mobil listrik yang paling murah saat ini sekitar Rp 600 juta. Nah, masyarakat kita itu daya belinya masih di kisaran di bawah Rp 250 juta. Jadi, ada gap hampir sekitar Rp 300 juta," kata Kukuh, dilansir dari webinar yang disiarkan Youtube Kompas Harian (4/12/2021).
Kukuh juga menambahkan, pasar mobil listrik di Indonesia juga masih tertinggal, salah satunya disebabkan karena tidak mendapat insentif yang besar dari pemerintah.
"Di China misalnya, kami dapat informasi dari kolega kami di sana, bahwa subsidi sebesar 15.000 dolar AS per unit. Demikian juga di Korea Selatan," ujar Kukuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.