UNGARAN, KOMPAS.com - Peredaran bus listrik di Indonesia saat ini sudah semakin banyak. Misalnya di Transjakarta, sudah ada 30 bus listrik yang dioperasikan dan ditargetkan terus bertambah.
Namun, bus yang digunakan masih diimpor secara utuh dari China, memakai merek BYD. Padahal, bisa saja hanya sasis bus listrik saja yang dibawa kemudian bodinya akan dikerjakan oleh karoseri di Indonesia.
Namun ada aturan mengenai impor bus listrik, jika secara utuh, bea masuknya akan lebih rendah. Sedangkan jika mendatangkan sasisnya saja, bea masuknya lebih tinggi.
Baca juga: Lihat Bus Listrik Switch Mobility Limited, Bisa Saja Masuk Indonesia
Stefan Arman, Technical Director CV Laksana mengatakan, mengenai bea masuk, sepemahaman dirinya kalau hal tersebut diatur pada Free Trade Agreement dengan China.
"Jadi kesepakatannya bukan undang-undang Indonesia, mungkin kalau di UU berubahnya bisa lebih cepat, tapi ini di Free Trade Agreement," ucap Stefan di Ungaran belum lama ini.
Stefan mengaku kalau pihaknya kurang menyadari akan adanya kesepakatan ini. Jadi tidak menyangka dalam kesepakatan tersebut dibahas juga mengenai bea impor bus listrik.
Baca juga: Kenali Musuh Utama yang Berpotensi Bikin Ban Mobil Pecah
Menurutnya saat ini pemerintah sudah ada itikad baik yakni dengan memprioritaskan industri lokal. Namun, kesepakatan tadi masih tetap sama, belum pembaruan.
"Itikad baiknya yang saya lihat beberapa pengadaan itu mereka memprioritaskan lokal, cuman kalau regulasinya seperti itu, namanya pengusaha pasti cari lebih murah," kata Stefan.
Pihak karoseri bersama asosiasi terus mendorong pemerintah untuk memerhatikan industri lokal. Selain itu, usaha pemerintah juga harus ditingkatkan agar menyejahterakan karoseri di Indonesia.
"Tapi sebenarnya industri bus listrik memberi kesempatan karoseri untuk berkreasi lebih. Bus listrik ini lebih simpel, tapi lebih mahal. Harga sasisnya kan 3 kali lebih mahal, karena baterainya," ucap Stefan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.