TANGERANG, KOMPAS.com - Sejak diluncurkan pada 2019, hingga saat ini, inden Suzuki Jimny di Tanah Air masih tinggi. Konsumen yang berniat untuk membeli Jimny saat ini mungkin baru bisa mendapatkan pesanan hingga 3 tahun ke depan.
Namun praktik di lapangan ternyata berbeda. Konsumen bisa mendapatkan unit lebih cepat dari perkiraan, asalkan rela membayar dengan harga yang lebih ditinggi dari harga normal. Hal ini diungkapkan oleh satu pramuniaga Suzuki di GIIAS.
“Kalau mau cepat bisa saja, namun harganya kita upping (upping price). Harga normalnya sekitar Rp 411 juta untuk yang transmisi otomatis, kalau mau cepat bisa tembus Rp 520 jutaan,” ucap pramuniaga tersebut di GIIAS, Minggu (14/11/2021).
Baca juga: Beda dari Tahun Lalu, Tidak ada Razia Selama Operasi Zebra 2021
Mirisnya, meski harga sudah jauh lebih mahal, ketika ditanya waktu pengiriman, pramuniaga tersebut juga tak bisa memastikan kapan unit tersebut akan di delivery ke konsumen.
Terkait praktik ini, Head of 4W Brand Development & Marketing Research PT SIS Harold Donnel mengatakan, pada prinsipnya perusahaan tidak merestui praktik upping price.
“Dalam mekanisme pasar ekonomi, hal tersebut bisa saja terjadi. Secara teori, faktor ekonomi supply dan demand bisa membuat hal itu. Ketika supplai lebih kecil dari permintaan kecil maka kecenderungan harga bisa terkontrol baik atau bahkan malah naik,” ucap Harold kepada Kompas.com, Senin (15/11/2021).
Namun, lagi-lagi ia menegaskan bahwa praktik tersebut tidak dilegalkan oleh perusahaan.
“Kita harus menginvestigasi lebih dalam lagi baru bisa mengeluarkan tanggapan, yang pasti itu tidak kita legalkan secara perusahaan. Apakah itu permainan oknum yang ada di bawah atau gimana, kita perlu lihat lagi,” kata dia.
Harold menambahkan, inden Jimny hingga saat ini memang masih mengular sekitar dua tahun ke depan.
Baca juga: Polisi Incar Pengguna Sirine atau Rotator Selama Operasi Zebra
“Secara garis besar kita hanya bisa janji inden sampai dengan dua tahun. Kenapa dua tahun? Karena kita bisa mengirim produk serupa dan sejenis itu dua tahun ke depan, lebih dari itu sudah ada penyegaran dan lainnya, jadi kita tidak bisa menjanjikan,” kata dia.
Sementara untuk alokasi yang diberikan untuk market di Indonesia hanya 50 unit per bulan, yang terbagi rata untuk masing-masing region.
“Jadi, kalau ditanya total indennya berapa tinggal dikali saja,” ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.