JAKARTA, KOMPAS.com - Musim depan, tim WithU-Yamaha RNF akan memiliki Darryn Binder sebagai pebalapnya. Namun, insiden pada Moto2 Algarve menghadirkan pro dan kontra soal kedatangan Binder ke MotoGP.
Pebalap asal Afrika Selatan tersebut terlibat insiden dengan Dennis Foggia. Binder menabrak bagian belakang Foggia saat hendak menyalip.
This dramatic moment brought a controversial conclusion to the #Moto3 title battle! ????@dennisfoggia71's hopes ended following this collision with @DarrynBinder40! ????#AlgarveGP ???? pic.twitter.com/JCgsHh64N5
— MotoGP™???? (@MotoGP) November 7, 2021
Dampak dari insiden tersebut adalah Foggia kehilangan peluang untuk menjadi juara dunia Moto3. Selain itu, Sergio Garcia pun juga jadi gagal melanjutkan balapan. Binder pun langsung didiskualifikasi oleh pihak Race Direction.
Baca juga: Rahasia Joan Mir Bisa Naik Podium di MotoGP Algarve
Beberapa pebalap MotoGP meragukan Binder untuk musim depan. Sebab, prestasinya di Moto3 bisa dibilang tidak begitu kompetitif. Selama tujuh musim di Moto3, Binder hanya naik podium enam kali dengan satu kemenangan saja.
Aleix Espargaro, mengatakan, sebaiknya MotoGP mengadopsi format "Superlicence", seperti yang dilakukan di Formula 1 (F1).
Superlicence pada F1 awalnya dirancang untuk menghentikan pebalap yang memiliki uang banyak dibandingkan pengalaman atau prestasi untuk bergabung di grid. Meskipun, kondisi ini sudah berkurang selama 20 tahun lebih, karena lebih stabilnya keuangan di tiap tim.
Superlicence kembali dirombak setelah Max Verstappen masuk F1 pada usia 17 tahun dengan pengalaman hanya satu musim balap mobil.
Baca juga: Valentino Rossi Puas Raih Poin pada MotoGP Algarve
Sebagai bagian dari perubahan, ditentukan bahwa lisensi akan diberikan tergantung di mana pebalap finis di kejuaraan sebelumnya dengan nilai yang lebih tinggi. Contohnya, seorang pebalap harus mencapai sejumlah kredit pada balapan seperti F2 dan IndyCar sebelum masuk F1.
Perhaps the biggest talking point of the day... ????@dennisfoggia71 tells us how he really feels about that collision ????#AlgarveGP ???? | #Moto3 ????https://t.co/uMkpN9r3hf
— MotoGP™???? (@MotoGP) November 7, 2021
Francesco Bagnaia termasuk salah satu pebalap yang mendukung format Superlicence. Menurutnya, jika seorang pebalap punya hasil yang bagus, maka dia pantas untuk naik kelas.
"Apa yang kita lihat itu normal menurut saya, karena kita sudah lihat banyak kecelakaan seperti ini dari dia (Binder). Saya tahu ini tidak benar untuk mengatakan tentang pebalap lain, tapi pebalap ini tahun depan akan bersama kami dan dengan MotoGP lebih kencang dan saya harap ini tidak terjadi," ujar Bagnaia, dikutip dari Visordown.com, Selasa (9/11/2021).
Franco Morbidelli juga mendukung rencana tersebut. Menurutnya, itu ide yang bagus untuk diterapkan di MotoGP.
"Superlicence bisa jadi hal yang bagus, untuk melangkah ke MotoGP, Anda setidaknya harus punya hasil yang bagus," kata Morbidelli.
Tapi, di satu sisi, menurutnya format tersebut bisa menghalangi talenta bersinar seandainya talenta tersebut memang mengalami musim yang buruk atau cedera.
Contohnya, rekan setimnya, Fabio Quartararo, yang tidak begitu bersinar saat di Moto3 dan Moto2. Tapi, begitu naik ke MotoGP, dirinya bisa lansung kompetitif dan bahkan menjadi juara dunia MotoGP di musim pertamanya dengan tim pabrikan.
Salah satu pebalap yang cukup meragukan kehadiran Binder di MotoGP adalah Enea Bastianini. Juara dunia Moto2 2020 ini mengatakan, dirinya takut jika balapan bersama Binder musim depan.
"Menurut saya, itu kesalahan yang sangat bodoh, khususnya jika pebalap yang bersangkutan berpeluang raih juara dunia. Itu adalah kejadian yang tak pantas di MotoGP. Apa yang saya takutkan adalah tahun depan dia akan balapan bersama kami," ujar Bastianini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.