JAKARTA, KOMPAS.com – Belum lama ini, kecelakaan truk trailer kembali terjadi, kali ini kejadiannya ada di Tol Banyumanik, Sabtu (23/10/2021).
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pun turun tangan untuk memeriksa apa yang bisa jadi penyebab kecelakaan tersebut. Ahmad Wildan, Senior Investigator KNKT berbagi beberapa hasil temuan dari kecelakaan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara Wildan dengan pengemudi truk, diketahui kalau dia baru mengemudikan trailer selama lima bulan. Sebelumnya hanya berpengalaman membawa Elf, Surat Izin Mengemudi (SIM) miliknya juga masih SIM B1.
Baca juga: Rossi Ungkap 3 Rival Terberatnya, Tak Ada Nama Marquez
View this post on Instagram
“Mengemudi truk trailer itu sangat berbeda dengan truk biasa yang persenelingnya hanya dilengkapi 6 speed. Kalau truk trailer punya 9 speed yang terdiri dari dua jenis gigi, gigi low (kura-kura) dan high (kelinci),” ucap Wildan kepada Kompas.com, Rabu (27/10/2021).
Gigi low terdiri dari gigi 1 sampai 4, sedangkan high terdiri dari gigi 5 sampai 8. Selain itu ada satu gigi lagi namanya gigi C (crawler), gigi setengah yang biasa digunakan untuk kondisi jalan mendaki.
“Saat di tanjakan, pengemudi mencoba memindahkan gigi dari 2 ke C secara langsung. Padahal prosedurnya harus ke netral dulu baru masuk ke C dan dalam kondisi roda diam. Karena salah melakukan pemindahan gigi, mesin jadi mati,” ucapnya.
Baca juga: Sah, Tilang Uji Emisi Mobil dan Motor di DKI Berlaku 13 November 2021
Pengemudi yang panik langsung menginjak rem, tarik hand brake dan rem trailer. Kesalahan selanjutnya adalah posisi gigi ada di netral, padahal seharusnya dimasukkan ke gigi mundur untuk menahan truk agar tidak tergelincir.
“Dari keterangan pengemudi, tekanan angin pada indikator terus turun dengan cepat, ini menunjukkan adanya kebocoran pada brake chamber. Akhirnya tekanan angin habis dan trailer melorot menarik kepala truk yang masih dalam posisi terkunci rodanya,” kata dia.
Setelah dicek, benar ada kebocoran pada konektor rem truk ke trailer. Hal ini menjelaskan kenapa tekanan angin terus turun dan akhirnya blong.
“Mereka mengganti klep dengan guntingan ban, dari sinilah cikal bakalnya rem blong. Ini terjadi karena mereka tidak tersentuh edukasi,” kata Wildan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.