Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Deretan Musuh bagi Pelek Mobil

Kompas.com - 08/12/2020, 11:12 WIB
Aprida Mega Nanda,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak hanya pelek orisinal, produk aftermarket yang diklaim kuat pun tidak luput dari bahaya para musuh di jalanan.

Kondisi infrastuktur yang kurang baik di kota-kota besar membuat pemilik mobil wajib mewaspadai dan mampu mengantisipasi kejadian yang membuat pelek rusak. Contohnya, retak, pecah, sobek, atau tidak presisi (peyang), atau minimal tergores.

Jika pelek sudah rusak, akan sulit untuk kembali lagi seperti semula. Bisa direparasi, tapi kekuatannya tidak akan seperti dulu.

Baca juga: Cara Mendeteksi Kerusakan pada Pelek Mobil

Aldhy Rais, Community Manager HSR Wheel, mengatakan, pelek yang sudah diperbaiki karena ulah musuh kemungkinan besar tidak lagi imbang (balance). Kondisi ini akan ketahuan saat pelek mulai di-treatment balancing.

Lalu, apa saja musuh besar pelek di jalanan? Berikut ulasan menurut Aldhy Rais:

1. Lubang

Kondisi Jalan Raya Jakarta-Bogor di Perempatan Gaplek, Tangsel yang penuh lubang. Semua kendaraan melambat untuk menghindari lubang-lubang berdiameter 20-30 cm dengan kedalaman 10-20 cm. Foto diambil Selasa (30/1/2018).Ridwan Aji Pitoko/KOMPAS.com Kondisi Jalan Raya Jakarta-Bogor di Perempatan Gaplek, Tangsel yang penuh lubang. Semua kendaraan melambat untuk menghindari lubang-lubang berdiameter 20-30 cm dengan kedalaman 10-20 cm. Foto diambil Selasa (30/1/2018).

Lubang merupakan musuh pelek paling banyak di kota-kota besar. Sebagian besar penyakit pelek karena seringnya menghajar lubang di jalanan, apalagi sudah mulai musim hujan, membuat bagian yang mengelupas pada aspal semakin banyak.

“Mau harga peleknya Rp 4 juta atau Rp 100 juta, kalau pelek sering menghantam lubang tetap akan rusak juga,” ujar Aldhy saat ditemui Kompas.com di tengah-tengah peluncuran HSR Wheel, di Jakarta Barat, Senin (7/12/2020).

2. Gundukan
Kondisinya hampir sama dengan lubang jika diterjang dalam kecepatan tinggi. Di beberapa ruas sering ditemukan sisa-sisa semen dari perbaikan jalan, atau, jalan retak yang menyembul ke atas. Benturan keras kemungkinan terjadi saat menerjangnya.

Baca juga: Suzuki Burgman Elektrik Tertangkap Kamera Sedang Uji Jalan

3. Pembatas jalan atau trotoar

Trotoar di sebrang Stasiun Cikini tampak gersang karena tak ditanami pohon, Kamis (19/11/2020).KOMPAS.com/Ihsanuddin Trotoar di sebrang Stasiun Cikini tampak gersang karena tak ditanami pohon, Kamis (19/11/2020).

Sering pengendara kurang awas terhadap batas maksimal sisi samping ban,

“Saat parkir paralel di sebuah trotoar misalnya, sering pelek mentok sampai pembatas jalan dan membuat pelek luka-luka,” kata Aldhy.

4. Ban
Karet bundar ini bisa menjadi musuh dalam selimut. Profil ban yang tak sesuai tak akan mampu melindungi pelek dari benturan. Misalnya, ban terlalu tipis saat mengganti pelek dengan ukuran lebih besar.

5. Tekanan udara
Saat ban kurang angin, artinya sama saja Anda menggunakan pelek dengan profil tipis. Kemungkinan pelek terbentur benda keras seperti lubang atau gundakan akan semakin besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau