Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Bus Sumatera Jarang Menggunakan Sasis Jepang?

Kompas.com - 10/09/2020, 10:42 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Bus antar kota antar provinsi (AKAP) di Indonesia memiliki banyak trayek, salah satunya yaitu dari pulau Jawa ke berbagai daerah di Sumatera. Biasanya bus lintas Sumatera ini melewati medan jalan yang beragam, mulai dari tol, pegunungan, sampai jalan rusak.

Selain itu, bus-bus lintas Sumatera memiliki ciri khas, seperti penggunaan tameng besi di kaca depan dan bodinya yang terlihat kotor karena melewati medan jalan yang berat. Namun ada satu hal lagi, yaitu pemilihan sasis bus.

Bus Sumatera biasanya menggunakan sasis dari eropa, seperti Mercedes Benz, Scania, Volvo, bahkan MAN. Jarang sekali bus yang beroperasi di Sumatera menggunakan sasis asal Jepang seperti Hino, mengapa begitu?

Baca juga: Wuling Victory, Penantang Kijang Innova Seharga Low MPV

Bus AKAP SumatraInfomasi Bus - Blogger Bus AKAP Sumatra

Anggota Forum Bismania Indonesia, Dimas Raditya mengatakan, menurut dia, kebanyakan perusahaan otobus (PO) yang ada di Sumatera itu sudah beroperasi sejak lama dan setia dengan merek sasis yang sudah digunakan sejak dulu.

“Dari zaman dulu sudah pakai sasis Mercedes Benz, jadi sudah tau kualitasnya. Selain itu banyak juga sasis eropa lainnya seperti Scania atau Volvo,” ucap Dimas kepada Kompas.com, Rabu (9/9/2020).

Baca juga: Ingat, Hanya 13 Kendaraan Ini yang Kebal Ganjil Genap

Dimas mengatakan, kalaupun ada PO bus Sumatera yang menggunakan sasis Jepang, dikarenakan pemain baru di lintas Sumatera atau perusahaan dari Jawa. Kurnia Lesani Adnan, pemilik PO SAN mengatakan beberapa keuntungan dari memakai sasis eropa di Sumatera.

“Mercedes Benz OH 1526 tenaganya sangat lah cukup dan ideal untuk medan jalan di Indonesia. Selain itu, berdasarkan pengalaman kami selama 6 tahun memakainya, biaya maintenance sangat rendah,” ucap pria yang akrab disapa Sani kepada Kompas.com.

Plus Minus

Bus tingkat yang akan diekpor ke BangladeshKaroseri Laksana Bus tingkat yang akan diekpor ke Bangladesh

Saat ini bus antar kota antar provinsi (AKAP) menjadi salah satu pilihan saat bepergian lewat jalur darat. Para pengusaha otobus (PO) pun saling berlomba memberikan kenyamanan untuk para penumpang.

Pilihan operator pun semakin beragam, dan banyak yang menggunakan berbagai model bus baru. Salah satu teknologi yang bisa meningkatkan kenyamanan bus saat perjalanan yaitu pemilihan suspensi.

Sasis bus yang beredar saat ini sudah banyak yang menggunakan suspensi udara, baik asli dari pabrikan, maupun hasil modifikasi. Namun, bus yang mengandalkan per daun juga masih banyak yang beroperasi di jalanan.

Bus Pahala Kencana Karoseri Gunung MasInstagram/karoserigunungmas Bus Pahala Kencana Karoseri Gunung Mas

Lalu apa saja kelebihan dan kekurangan dari suspensi udara dan per daun pada bus?

Anggota Forum Bismania Indonesia, Dimas Raditya akan menjabarkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing tipe suspensi. Pertama yaitu kelebihan dari suspensi udara.

“ Kelebihan suspensi udara yaitu nyaman saat bus berjalan, kemudian senyap, tidak mengeluarkan suara. Soal perawatan juga lebih mudah, kemudian untuk model yang bisa diatur ketinggiannya, membuat sasisnya fleksibel,” ucap Dimas kepada Kompas.com, Rabu (9/9/2020).

Bus tingkat yang akan diekspor ke BangladeshKaroseri Laksana Bus tingkat yang akan diekspor ke Bangladesh

Namun di balik kelebihan itu, ada juga kekurangan dari bus yang memakai suspensi udara. Pertama yaitu biayanya mahal, baik suspensi udara dari pabrikan maupun hasil modifikasi dari karoseri. Selisih harga sasis suspensi udara dan per daun bisa sampai Rp 100 jutaan.

“Kemudian enggak semua mekanik bisa melakukan perbaikan jika suspensi udara mengalami kerusakan,” kata Dimas.

Kemudian untuk bus yang masih menggunakan per daun, kelebihannya yaitu murah dan banyak teknisi yang bisa memperbaiki jika ada kerusakan. Namun kekurangannya yaitu perlu adanya perawatan yang baik pada pernya.

“Jika enggak dirawat dengan baik, rawan bunyi dan patah. Selain itu juga rasa berkendaranya tidak senyaman suspensi udara,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau