JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan yang melibatkan bus atau angkutan umum terjadi hampir setiap hari. Kurangnya kompetensi dari pengemudi atau sopir dinilai sebagai faktor terbesar terjadinya kecelakaan.
Kurnia Lesani Adnan, Ketua Umum IPOMI (Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia) mengatakan, saat ini sulit mencari sopir yang kompeten. Dilema yang ditemuinya sekarang, terkadang sopir yang pengalamannya cukup tapi sifatnya kurang baik.
Baca juga: Deretan Kecelakaan Bus Maut, Korban Tewas Puluhan Orang
"Sampai hari ini, SPAU (Sekolah Pengemudi Angkutan Umum) hanya menjadi cita-cita belaka pemerintah Indonesia," ujar Kurnia, saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.
Kurnia menambahkan, pihaknya akhirnya harus melakukan training di internal dengan metode pengemudi junior didampingi sopir senior. Pelatihannya bukan hanya untuk mendidik kemampuannya, tapi juga mentalnya.
"Kalau tidak salah, tahun 2005 itu dimulai wacana pendirian SPAU. Pencetusnya kala itu DPP Organda, almarhum Rudy Tehamiharja," kata Kurnia.
Baca juga: Bus Pariwisata yang Rengut 8 Nyawa di Subang, Hasil Modifikasi
Namun, pergantian kepengurusan di dalam DPP Organda diyakini sebagai penyebab tidak berjalannya pembangunan SPAU.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.