Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Skuter Listrik Dianggap Hiburan, Padahal Transportasi Alternatif

Kompas.com - 04/12/2019, 12:23 WIB
Dio Dananjaya,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemakaian skuter listrik di Jakarta mulai dibatasi setelah dua orang pengguna kendaraan listrik itu meninggal dunia karena kecelakaan di Senayan sekitar awal November lalu.

Skuter listrik pun saat ini hanya boleh dipakai di kawasan yang diperbolehkan saja, seperti sekitar stadion, bandara, dan daerah wisata.

Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno, mengatakan dengan pembatasan itu artinya skuter listrik tidak dianggap sebagai sarana transportasi, melainkan hanya sebagai alat rekreasi.

Baca juga: Seperti Sepeda, Skuter Listrik di Jakarta Harus Masuk Jalur Khusus

“Kesalahan kita adalah budaya jalan kaki dan bersepeda yang sudah ada sejak 30-40 tahun yang lalu hilang gara-gara sepeda motor. Karena Kementerian Perindustrian waktu dulu membangun industri sepeda motor tidak mengkaji perilaku masyarakat Indonesia,” ujar Djoko kepada Kompas.com (2/12/2019).

“Akhirnya bubar semua, sebelumnya budaya kita sama seperti di luar negeri (naik sepeda dan jalan kaki). Sekarang budayanya bersepeda motor,” ucap Djoko.

Skuter atau otoped merupakan alat transportasi yang didorong dengan kaki. Kini teknologi telah membuatnya makin canggih, otoped listrik mulai diterapkan aplikasi ride sharing dan tersedia di beberapa titik di Jakarta.

Baca juga: Siap-siap, Mau Ada Pergub Khusus untuk Penggunaan Skuter Listrik

“Sebetulnya itu bisa dipakai sebagai alat transportasi juga, misalnya di area tertutup seperti kawasan perumahan. Sekarang tinggal pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perhubungan untuk membuat aturan,” katanya.

Djoko mengatakan, penerapan jalur sepeda di Jakarta juga layak diapresiasi. Menurutnya hal ini merupakan salah satu strategi untuk membumikan kembali kendaraan tanpa emisi gas buang seperti sepeda atau otoped.

“Ini yang harus dikembalikan lagi, makanya sekarang lewat kepala daerah harus bisa menguatkan kembali budaya naik sepeda dan jalan kaki,” ujar Djoko.

“Minimal setiap SD dan SMP ada parkiran sepeda, anak sekolah harus naik sepeda. Kantor-kantor pemerintahan juga punya parkir sepeda, supaya pegawainya pada naik sepeda,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Usai Diperiksa Kejagung soal Pertamina, Ahok: Gila Juga Ya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau