JAKARTA, KOMPAS.com - Era elektrifikasi atau kendaraan listrik berbasis baterai tidak bisa mencapai tujuannya untuk mengurangi tingkat polusi jika pelaksanaan yang dilakukan tidak tepat.
Sebagai contoh, penggunaan batu bara untuk membuat pembangkit listrik demi memasok tempat pengisian daya kendaraan listrik atau polusi yang keluar dari pabrik atau tempat pengisian itu sendiri.
Executive Vice President Corporate Communication dan CSR PT PLN (Persero) I Made Suprateka menyatakan, oleh sebab itu pihaknya akan membuat pembangkit jauh dari keramaian. Jadi, harapan dari elektrifikasi bisa tercapai.
Baca juga: IIMS Motorbike Jembatan Anak Motor Beralih ke Era Kendaraan Listrik
"Pembangkit kita upayakan jauh dari keramaian, terdekat dari Jakarta itu 100 kilometer, di Suralaya Power Station, Banten. Jadi sangat aman, lingkungan kita pelihara," katanya di sela-sela pameran IIMS Motobike Expo, Jakarta akhir pekan lalu.
"Manfaat dari elektrifikasi itu banyak dan panjang, mulai dari nerara perdagangan sampai pengurangan polusi. Jadi kita benar-benar ingin mencapainya," ujar dia.
Ia menyebutkan bahwa impor migas Indonesia masih sangat tinggi. Sementara, pemanfaatan batu bara di dalam negeri sudah cukup tinggi yakni 80 persen.
Baca juga: Mau Ngecas Kendaraan Listrik, Berikut Daftar Lokasi SPKLU
"Beban impor migas sangat tinggi tapi kalau listrik produk dalam negeri bahan baku pun dari dalam negeri. Jadi menggunakan impor sebagai energi prima kecil sekali hanya 5 persen berupa minyak solar. Selebihnya 80 persen batu bara," katanya.
Guna menciptakan ekosistem elektrifikasi, saat ini PLN juga sedang mengembangkan 10 titik SPKLU untuk diletakkan di berbagai kota besar Indonesia. Di Jakarta sudah ada lima unit SPKLU yang terdiri dari medium charging atau normal charging dengan kapasitas 25 kW, fast charging 50 kW, dan ultra fast charging 125 kW.
Bagi pengguna kendaraan listrik murni, bisa memanfaatkan SPKLU ini secara gratis hingga akhir Desember. Sedangkan ketentuan tarif pengisian masih digodok pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.