Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China-AS Perang Dagang, Industri Otomotif Indonesia Kena Imbas

Kompas.com - 17/10/2019, 12:51 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China membuat industri otomotif roda dua dalam negeri khawatir. Ada potensi penurunan penjualan domestik dan ekspor sepeda motor jika situasinya tak kunjung membaik.

Ketua Bidang Komersil Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Sigit Kumala mengatakan, potensi penurunan tersebut imbas dari jebloknya industri otomotif global yang bisa kehilangan 700 miliar euro selama tujuh tahun ke depan, sebagaimana diperkirakan Pusat Penelitian Otomotif (Center for Automotive Research/CAR).

Lembaga riset otomotif tersebut memperkirakan bahwa antara 2018 hingga 2024, perang dagang yang dimulai AS dapat menyebabkan hilangnya penjualan lebih dari 35 juta unit mobil dan mengakibatkan penurunan pendapatan secara signifikan hingga sekitar 700 miliar euro.

Baca juga: Vietnam Ingin Batasi Impor Mobil, Begini Sikap Gaikindo

Kendaraan bermotor melintasi Jl. Prof. Dr. Satrio, Karet Kuningan, Jakarta Pusat, Kamis (1/8/2019). Berdasarkan data situs penyedia peta polusi daring harian kota-kota besar di dunia AirVisual, menempatkan Jakarta pada urutan pertama kota terpolusi sedunia pada Senin (29/7) pagi dengan kualitas udara mencapai 183 atau dalam kategori tidak sehat.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Kendaraan bermotor melintasi Jl. Prof. Dr. Satrio, Karet Kuningan, Jakarta Pusat, Kamis (1/8/2019). Berdasarkan data situs penyedia peta polusi daring harian kota-kota besar di dunia AirVisual, menempatkan Jakarta pada urutan pertama kota terpolusi sedunia pada Senin (29/7) pagi dengan kualitas udara mencapai 183 atau dalam kategori tidak sehat.

"Dampaknya terhadap Indonesia, ada yang secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, ditakutkan pertumbuhan ekspor kita yang mulai bertumbuh ini terganggu. Sebab, negara tujuan bisa saja mengurangi daya belinya," ujar Sigit saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Kamis (17/10/2019).

Berdasarkan data AISI, selama dua tahun berturut-turut pertumbuhan ekspor roda dua Indonesia mencatatkan tren positif, yaitu di kisaran 37 persen. Sementara kontribusi ekspor terhadap penjualan motor, sekitar 9,8 persen (2018).

Baca juga: Dampak Perang Dagang, Pertumbuhan Ekspor 62 Negara Besar Dunia Negatif

Kendaraan bermotor melintasi Jl. Prof. Dr. Satrio, Karet Kuningan, Jakarta Pusat, Kamis (1/8/2019). Berdasarkan data situs penyedia peta polusi daring harian kota-kota besar di dunia AirVisual, menempatkan Jakarta pada urutan pertama kota terpolusi sedunia pada Senin (29/7) pagi dengan kualitas udara mencapai 183 atau dalam kategori tidak sehat.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Kendaraan bermotor melintasi Jl. Prof. Dr. Satrio, Karet Kuningan, Jakarta Pusat, Kamis (1/8/2019). Berdasarkan data situs penyedia peta polusi daring harian kota-kota besar di dunia AirVisual, menempatkan Jakarta pada urutan pertama kota terpolusi sedunia pada Senin (29/7) pagi dengan kualitas udara mencapai 183 atau dalam kategori tidak sehat.

Sedangkan dampak tidak langsung, perang dagang ini dapat membuat daya beli di beberapa wilayah Indonesia yang memiliki ekspor komoditi cukup besar berkurang.

"Sebab, ekspor komoditi mereka seperti karet dan CPO (Crude Palm Oil) mengalami penurunan imbas pengurangan jatah impor yang diberlakukan negara penerima. Akibatnya, daya beli di wilayah tersebut berkurang," kata Sigit.

"Maka diharapkan situasi ini tidak terlalu bergejolak. Dalam artian, keadaan ekonomi tetap terjaga sehingga Indonesia tidak terlalu terkena dampak besar," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com