JAKARTA, KOMPAS.com – GP San Marino menyisakan cerita buruk, untuk dunia balap khususnya roda dua. Secara tidak sportif, pebalap Moto2 Romano Fenati, yang sengaja menarik tuas rem depan rivalnya Stefano Manzi di tengah kompetisi.
Kejadian ini disaksikan langsung oleh seluruh mata pecinta balap roda dua di dunia, dan ini bakal jadi peristiwa buruk yang bakal selalu diingat .
Mengingat sangat berbahanya apa yang dilakukan Fenati, pengamat dan juga Editor Asphaltandrubber, Jensen Beeler, Senin (10/9/2018) menyebutkan, kalau tindakan itu sebagai percobaan pembunuhan, karena bisa menyebabkan kecelakaan mengerikan.
Bagaimana tidak, Fenati melakukan hal tersebut di tengah kompetisi ketat dan sedang memacu motor pada kecepatan tinggi, atau lebih dari 200 kpj. Tekanan terhadap rem yang dilakukan Fenati mencapai 300 psi, atau lebih dari dua kali lipat kondisi normal.
Namun, syukurnya Manzi bisa mengontrol motornya setelah goyah berapa saat. Meskipun itu bisa saja berubah menjadi sangat buruk, dan berpotensi menimbulkan korban jiwa.
Baca juga: Aksi Tidak Sportif Pebalap Moto2, Tekan Handle Rem Pebalap Lain
Pria jebolan Psychology, Law and Society UC Santa Barabara ini memberikan contoh yang terjadi dalam pertandingan hoki nasional (NHL) antara Canucks Vancouver dan Boston Bruins. Kala itu Marty McSorley dengan sengaja memukul Donald Brashear di kepalanya dengan ayunan dua tangan.
Insiden itu membuat Brashear kejang, kehilangan ingatan, dan gegar otak kelas tiga. Ini juga membuat McSorley dituntut atas tindakan kriminal, melakukan penyerangan dengan senjata.
NHL kemudian tak mengizinkan McSorley bermain selama satu tahun, tetapi kenyataannya adalah dia tidak pernah bermain lagi. Ini bisa jadi pelajaran sendiri buat kasus Fenati.
Memang sebaiknya hukuman yang diberikan kepada pebalap asal Italia tersebut, membuat pebalap lainnya juga takut melakukan hal serupa ke depannya. Ini seperti yang juga disampaikan oleh Marc Marque ketika merespon kasus tersebut.
Bahkan lebih keras lagi, Cal Crutchlow mengatakan, sebaiknya Fenati tak diizinkan untuk balapan lagi seumur hidupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.