Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Super Cub C125, Oase di Tengah Gersangnya Pasar Motor Bebek

Kompas.com - 06/08/2018, 12:02 WIB
Alsadad Rudi,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS,com - Sepeda motor bebek pernah jadi primadona masyarakat Indonesia. Penjualannya paling laris sehingga populasinya pun cukup banyak. Tapi itu dulu, sebelum masyarakat Indonesia mengenal jenis motor dengan nama skuter matik (skutik).

Pasca munculnya skutik, terjadi perubahan selera konsumen. Bebek tak jadi primadona dan penjualannya terus menurun.

Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI) mencatat sepanjang 2017, hanya ada 460.075 unit motor bebek yang terjual di Indonesia. Jumlah ini hanya setara dengan 8,41 persen jumlah penjualan motor secara keseluruhan.

Baca juga: Jualan Bebek Turun, Yamaha Sebut Tersedot Skutik

Pilihan sepeda motor bebek untuk harian, masih menjadi alternatif.Istimewa Pilihan sepeda motor bebek untuk harian, masih menjadi alternatif.

Angka ini tentu sangat jauh dibanding penjualan skuter matik yang mencapai 4.509.154 unit, atau setara dengan 82,43 persen penjualan motor secara keseluruhan. Motor bebek bahkan sudah kalah penjualannya dibanding segmen sport yang mencatatkan penjualan 500.878 unit.

Lesunya pasar bebek inilah yang kemudian membuat para produsen motor tak pernah lagi meluncurkan produk baru. Kawasaki Motor Indonesia bahkan sudah tidak lagi menjual bebek, pasca-dihentikannya penjualan Athlete pada sekitar akhir 2016.

Di pasar bebek secara keseluruhan, peluncuran motor bebek yang benar-benar produk baru terakhir kali dilakukan Suzuki Indomobil Sales (SIS) R2 pada sekitar Maret 2017. Ketika itu, Suzuki menghadirkan salah satu motor bebeknya yang sempat di-discontinue beberapa tahun sebelumnya, yakni Smash.

Baca juga: Asa Suzuki di Pasar Bebek Lewat New Smash

Suzuki New Smash FI 2017.Suzuki Indomobil Sales (SIS) Suzuki New Smash FI 2017.

Pasca kemunculan Smash, nyaris tak pernah ada lagi peluncuran motor bebek di Indonesia. Paling-paling hanya pengumuman adanya striping baru.

Di tengah lesunya penjualan bebek itulah, Astra Honda Motor menghadirkan kembali Super Cub C125 bertepatan dengan gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018. Seperti namanya, C125 memang mengusung model ala bebek Super Cub nan legendaris di era 1970-an hingga 1980-an.

Beberapa bulan sebelum diluncurannya Super Cub, pihak AHM sendiri masih sempat ragu. Penyebabnya tak lain karena lesunya pasar bebek.

Baca juga: Peluang Honda Jual Motor Bebek Retro Kecil

 

Honda perkenalkan Super Cub C125Honda Honda perkenalkan Super Cub C125

Banderol harga Super Cub C125 bisa dibilang relatif mahal, yakni mencapai RP 55 juta. Namun hal tersebut tak menyurutkan antusiasme para peminat.

Pada hari peluncuran saja, pemesanan sudah sudah mencapai 30 unit, angka yang relatif tinggi untuk motor dengan harga Rp 55 juta.

Direktur Pemasaran AHM Thomas Wijaya berharap hadirnya Super Cub bisa meningkatkan gairah pasar di industri otomotif roda dua dalam negeri. Menurut Thomas, pada GIIAS 2018, pihaknya ingin konsumen punya lebih banyak pilihan dalam menentukan kendaraan pilihannya.

"Mudah-mudahan (produk baru) dapat memenuhi harapan dan animo masyarakat Indonesia, sehingga pasar otomotif di semester dua ini bergerak semakin positif," kata Thomas kepada Kompas.com, Selasa (31/7/2018).

Baca juga: Cerita di Balik Mahalnya Harga Honda Super Cub C125

Sampai sejauh ini, belum ada kepastian apakah Super Cub terbaru ini akan bisa menyamai pendahulunya pada beberapa dekade silam. Namun yang pasti, kehadiran motor ini bisa menjadi oase di tengah gersangnya pasar bebek di tanah air.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau