Jakarta, KompasOtomotif - Warganet kembali dihebohkan oleh perilaku buruk pengguna jalan. Empat orang dengan berpakaian kerja alias rapih, tak tahu malu adu jotos di tengah jalan, bak di dalam film-film hollywood.
Berbincang dengan Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) mengatakan, kejadian memalukan seperti itu tidak seharusnya terjadi. Di era digital seperti ini, segala yang terjadi mudah viral, dan bisa membuat malu.
Lepas berbincang soal perilaku tersebut, Jusri menyampaikan beberapa pesan, agar bisa terhindar dari kejadinya negatif serupa di Jalan. Kunci pertama kata Jusri, adalah rasa empati yang besar ketika berada di jalan.
“Karena ketika kita berempati, maka segala bentuk road rage seperti itu bisa dihindari, sabar ketika disalip atau diklakson dari belakang. Karena mungkin saja pengemudi tersebut memiliki keperluan yang mendesak atau bahkan ingin segera ke rumah sakit,” ujar Jusri kepada KompasOtomotif, Selasa (31/10/2017).
Baca juga : Tabrak Pembatas Jalan Salah Siapa?
Jakarta oh Jakarta.. wargamu kini pic.twitter.com/bNo8bi280r
— motulz (@motulz) 31 Oktober 2017
“Lagipula, apa salahnya melambatkan kendaraan sedikit mempersilahkan yang di belakang lewat, apalagi untuk kendaraan prioritas yang masuk di dalam undang-undang nomor 22 tahun 2009. Itulah yang harus dimiliki para pengguna jalan,” kata Jusri.
Jursi melanjutkan, poin kedua adalah kesadaran. Penting untuk ditanamkan kalau jalanan milik bersama dan digunakan oleh seluruh masyarakat. “Jadi tidak semestinya berlaku seenaknya, asal nyerobot dan merasa menjadi orang kuat dan jago,” kata Jusri.
Ketiga kata Jusri, jangan enggan untuk memulai meminta maaf, jauhkan gengsi dan berpikir panjang. Pasalnya berkelahi di jalan, hanya akan menambah masalah bukan menyelesaikannya, serta banyak kerugiannya.
“Angkat tangan saja meminta maaf. Tanggalkan rasa superior, emosi dan gengsi Anda,” ucap Jusri.
Terakhir, ketika menemukan orang yang berkendaran ugal-ugalan dan agresif sebaiknya hindari. Memang, terkadang jiwa terpanggil untuk mengejar dan menegur, tapi itu bukan langkah yang tepat, karena kita bukan penegak hukum.
“Sebaiknya let him go, karena akan berpotensi konflik, pasalnya bukan jadi tugas kita. Jauh-jauh dari situ, kita tidak dibayar untuk itu,” ucap Jusri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.