Jakarta, KompasOtomotif - Kehadiran konsep mobil perdesaan dan versi produksi milik Kementerian Perindustrian dan Institut Otomotif Indonesia (IOI), kabarnya sempat hilang. Rencana untuk diperkenalkan pada Agustus di pameran GIIAS 2017, juga urung dilakukan.
Malah Astra Otoparts terlebih dahulu, yang akhirnya meluncurkan mobil perdesaan versinya, Wintor, dan menampakkan diri di pameran otomotif di BSD, Tangerang, 10-20 Agustus 2017.
Namun, melalui siaran resminya, Jumat (1/9/2017), Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebut mereka telah menyelesaikan konsep produk dan proses pengembangan kendaraan perdesaan. Langkah selanjutnya, akan memacu industri otomotif, agar mampu memproduksi kendaraan berupa alat angkut hasil pertanian dan perkebunan.
“Tentu konsep kendaraan ini yang mobilitasnya bisa digunakan di seluruh daerah perdesaan. Bentuknya semi pikap, yang belakangnya bisa dipasang alat mesin pertanian dan perkebunan seperti untuk angkat kelapa sawit,” ujar Airlangga.
Dua prototipe kendaraan pedesaan yang telah selesai dibangun yaitu Generasi 2A dan Generasi 2B. Purwarupa ini nantinya bisa disempurnakan oleh pelaku industri yang ingin mengembangkannya. Kendaraa ini tidak hanya untuk medan off-road, tapi juga bisa masuk ke jalan-jalan desa di luar jalan tol.
Baca juga : Begini Syarat Mobil Perdesaan Versi IOI
Sudah Diuji
Airlangga menambahkan, prototipe kendaraan yang tergolong niaga multiguna tersebut, sudah melewati beberapa pengujian, mulai dari uji keselamatan di Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor di Kementerian Perhubungan, sampai pengujian emisi di Balai Termodinamika Motor dan Propulsi, BPPT.
“Sedangkan, melalui Institut Otomotif Indonesia (IOI), prototipe ini akan lebih dikembangkan sehingga dapat diproduksi sesuai dengan kaidah-kaidah manufaktur,” ucap Airlangga.
Beberapa perusahaan dalam negeri, disebut-sebut sudah ada minat mengembangkan kendaran ini, seperti PT. Fin Komodo di Jawa Barat, CV. Karya Hidup Sentosa (produsen traktor Quick) di Yogyakarta, dan PT Astra Otoparts.
Lebih dari itu, kata Airlangga, pihaknya terus menjalin komunikasi dengan pelaku industri otomotif nasional, untuk menentukan standardisasi dan melihat peluang pasar ke depan, terkait kendaraan perdesaan ini.
Baca juga: Kendaraan Perdesaan, Kesempatan atau Spekulan?
Janji Libatkan IKM Lokal
“Kami juga menggandeng industri kecil dan menengah (IKM) di sektor komponen otomotif, untuk memacu tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Penerapan TKDN di mobil perdesaan akan dilakukan secara bertahap seperti pada pengembangan mobil LCGC atau LCEV,” ucap Airlangga.
Melibatkan IKM lokal, harapannya pengguna mudah mendapatkan suku cadang di pasaran dan pemilihan teknologinya sesuai kondisi alam dan demografi di Indonesia. Hasil akhirnya, kemandirian industri otomotif nasional, melalui penguasaan teknologi kendaraan oleh anak bangsa, sekaligus membantu meningkatkan perekonomian di pedesaan, bakal bisa terwujud.
Tak berhenti di situ, kendaraan ini ditargetkan menjadi upaya nyata menopang program pemerintah, dalam mewujudkan ketahanan pangan. Pasalnya, unsur pendukung untuk pencapaian ketahanan pangan adalah peningkatan produksi.
“Makanya diperlukan kendaraan yang dapat membantu produktivitas dan memobilisasi hasil-hasil pertanian, sehingga mendorong peningkatan kegiatan perekonomian. Menggunakan mesin di bawah 1.000 cc, kendaraan ini akan dijual lebih murah dari LCGC, atau di bawah Rp100 juta,” ujar Airlangga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.