JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapat tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS) sebesar 32 persen.
Kebijakan ini diperkirakan akan berdampak pada sektor otomotif, khususnya industri komponen.
Meskipun demikian, penerapan tarif ini kemudian ditunda oleh Trump selama 90 hari atau tiga bulan ke depan.
Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan bahwa ekspor komponen dari Indonesia ke AS akan terdampak oleh tarif baru Donald Trump.
“Kebijakan tarif resiprokal 32 persen oleh Trump secara simpel seakan bisa saja membawa dampak signifikan bagi industri otomotif Indonesia,” ujar Martin kepada Kompas.com, Kamis (10/4/2025).
Baca juga: Biaya Kepemilikan Toyota Fortuner GR Sport: Hitung Sebelum Beli
“Terutama sektor komponen yang mengekspor ke AS senilai 200 juta dollar AS hingga 330 juta dollar AS per tahun dan kini terancam penurunan permintaan serta daya saing akibat kenaikan biaya,” kata dia.
Meski begitu, produk asal Indonesia menurutnya masih memiliki keunggulan, karena tarif resiprokal untuk kompetitor utama seperti Thailand dan Vietnam lebih tinggi, yakni masing-masing 37 persen dan 46 persen.
Secara hitung-hitungan, Indonesia hanya kalah dari Filipina yang dikenakan tarif lebih rendah sebesar 17 persen.
Baca juga: Syarat Pemutihan Pajak Kendaraan di Jawa Barat dan Banten
“Peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor komponen kendaraan untuk permesinan, komponen pelek, ban, dan komponen karet lainnya terbuka lebar asalkan mampu memproduksi secara lebih efisien,” ucap Martin.
Menurut dia, penerapan tarif resiprokal AS sebesar 32 persen menjadi ‘wake up call’ bagi semua industri komponen otomotif Indonesia yang mengekspor produknya ke Amerika Serikat. “Untuk segera menata ulang efisiensi dan efektivitas masing-masing industrinya, agar semakin mampu berkompetisi dari desain, teknologi, mutu, dan harga,” kata Martin.
Sementara itu, kebijakan tarif resiprokal AS juga membuka peluang bagi industri komponen otomotif Indonesia, tetapi produsen komponen Indonesia yang mampu meningkatkan efisiensi dan kualitas berpotensi merebut pangsa pasar di Amerika Serikat.
“Ini menjadi momentum hilirisasi industri dan peningkatan TKDN dapat memperkuat posisi produsen lokal sebagai pemasok yang lebih kompetitif,” ujar Martin.
“Selain itu, fokus pada pengembangan komponen untuk EV dan HEV akan membuka ceruk pasar baru seiring tren global menuju elektrifikasi, dan berpotensi menjadikan Indonesia pemain penting dalam rantai pasok otomotif masa depan,” katanya.
Baca juga: Teknologi Hidrogen Hyundai Nexo 2025: Spesifikasi dan Fitur Terbaru
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.