SOLO, KOMPAS.com - Jepang menjadi salah satu negara yang bisa dikatakan sukses dalam membangun budaya, termasuk dalam berlalu lintas. Setiap pengemudi bus di sana, tidak hanya dituntut bisa mengemudi tapi juga menjunjung tinggi etika berkendara.
Sementara di Indonesia, masih banyak dijumpai oknum sopir bus yang ugal-ugalan di jalan, seperti melakukan manuver berbahaya, oleng, mengebut dan menggunakan lajur tak sesuai peruntukannya.
Tak hanya itu, masih banyak juga pengemudi bus yang didapati merokok meski secara tertulis ada aturan dilarang merokok di dalam kabin bus, terlebih lagi AC dalam kondisi menyala.
Baca juga: Kecelakaan Bus Gumarang Vs Truk di Solok, Kedua Sopir Terjepit, Kendaraan Ringsek
Etika berkendara menjadi salah satu poin penting yang diajarkan oleh Japan Indonesia Driving School (JIDS) di LPK Hiro Karanganyar, Jawa Tengah, kepada para calon pengemudi bus di Jepang.
Bowo Kristianto, Director Japan Indonesia Driving School (JIDS) mengatakan salah satu kriteria yang wajib dipenuhi oleh para peserta agar lolos menjadi sopir bus di Jepang adalah etika.
“Pengemudi bus di Jepang sangat tertib dalam berkendara, mereka mengikuti rambu lalu lintas, tidak ugal-ugalan, menjaga kecepatan sesuai batasannya, dan selalu berhenti di tempat yang telah ditentukan,” ucap Bowo kepada Kompas.com, Minggu (9/3/2025).
Baca juga: PO Bus Ini Langsung Pecat Sopir yang Ugal-ugalan di Jalan
Bowo mengatakan, pengemudi bus di Jepang wajib menghormati penumpang dengan cara mengemudi yang halus dan tidak kasar, baik saat awal melaju ataupun mau berhenti.
“Pengemudi di Jepang memang awalnya dipaksa disiplin seperti itu dengan penegakkan hukum, tapi lama-lama menjadi terbiasa, sehingga kini sudah menjadi budaya untuk senantiasa menjaga etika berkendara yang baik,” ucap Bowo.
Tak hanya saat berkendara, Bowo juga mengatakan, pengemudi dituntut bersikap sopan dan santun terhadap setiap penumpang bus.
Baca juga: PO Rosalia Indah Rilis Dua Bus Unit Double Decker Baru
“Sangat sopan, selalu menyapa penumpang, mengucapkan terima kasih saat penumpang naik atau turun, bahkan ada yang membungkuk, jika ada penumpang lansia atau disabilitas, mereka dengan sigap membantu,” ucap Bowo.
Maka dari itu, menurut Bowo, pihaknya membekali calon pengemudi bus di Jepang dengan kemampuan berbahasa yang baik, agar bisa menjalin komunikasi dan memberikan pelayanan prima.
“Syarat peserta didik di sini lolos ke tahap selanjutnya adalah mendapatkan level bahasa N3 atau menengah, jadi butuh usaha lebih bagi masyarakat Indonesia yang ingin menjadi sopir bus di Jepang,” ucap Bowo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.