Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kritikan terhadap Subsidi Kendaraan Listrik di Jakarta

Kompas.com - 27/01/2025, 08:02 WIB
Janlika Putri Indah Sari,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Insentif kendaraan listrik kini masih digelontorkan oleh pemerintah untuk meringankan masyarakat yang ingin membeli kendaraan berbasis baterai di Tanah Air.

Namun, hal tersebut justru mendapatkan kritikan dari sejumlah pengamat.

Pengamat tata kota, Nirwono Yoga, mengatakan bahwa dengan pemerintah menggunakan kampanye untuk beralih ke kendaraan listrik justru memanjakan orang untuk menggunakan kendaraan pribadi.

Baca juga: Jangan Asal Pasang Paint Protection Film untuk Lindungi Cat Mobil

Permasalahan utamanya, yakni kemacetan, masih tetap ada dan timbul masalah baru.

"Tapi dengan subsidi seperti itu tidak akan memberikan banyak perubahan. Kota-kota kita ini tetap akan macet. Bedanya tidak berasap dan tidak bersuara. Namun, yang jadi PR berikutnya adalah soal sampah baterai. Kita belum punya pengolahan sampah baterai itu secara teknis tuntas," katanya pada acara konferensi pers bersama MTI di Jakarta, Kamis (23/1/2025).

Menurut Nirwono, transportasi umum atau massal harus jadi kebutuhan dasar setiap kota.

Baca juga: Layanan Purna Jual Maxus, Mewah dan Personal untuk Konsumen

Maka dari itu, dalam anggaran APBN wajib ada untuk insentif kendaraan umum.

"Kenapa? Kalau di dunia, transportasi umum adalah tulang punggung perkembangan kota. Nah, ini yang tidak terjadi di sebagian kota di Indonesia. Itulah mengapa justru perkembangan kotanya tidak tertata, justru transportasinya baru masuk," katanya.

Supaya sebuah kota berkelanjutan tercapai, Nirwono mengatakan, hal itu bisa dicapai bila warga di suatu negara 80 persen menggunakan transportasi umum.

Baca juga: Mendikdasmen Bolehkan "Study Tour", Dedi Mulyadi: Tidak Boleh Anak Piknik di Atas Rintihan Orangtua

Hal itu tentunya bisa mencontoh masyarakat di Singapura dan Tokyo.

Pada acara yang sama, Djoko Setijowarno, pengamat transportasi dan Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah MTI, mengatakan bahwa membeli kendaraan pribadi dengan bantuan subsidi tidak akan jauh lebih irit.

Justru, menurutnya, yang lebih hemat adalah menggunakan kendaraan umum.

Baca juga: Solidaritas Pemain Bajaj Bajuri Kuat, Rieke Diah Pitaloka Pastikan Anak Fanny Fadillah Tetap Sekolah

Maka dari itu, dirinya menyarankan agar alokasi dana subsidi dari pemerintah sebaiknya untuk transportasi umum.

"Kalau mau hemat, ya pakai kendaraan umum, bukan kendaraannya dipotong 50 persen. Ya tidak apa-apa APBN dipakai untuk subsidi kendaraan pribadi, tapi sisihkan juga untuk kendaraan umum. Insentif kendaraan umum sangat penting," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
apakah ada korelasi antara ketidak memadai-nya transportasi umum mengatasi kemacetan dengan peran industri otomotif di indonesia?


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau