Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjualan Mobil Sulit Capai 1,1 Juta Unit Tahun Ini

Kompas.com - 19/07/2024, 07:02 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengakui bahwa kondisi otomotif dalam negeri saat ini tidak baik-baik saja.

Berdasarkan data asosiasi, sepanjang Januari-Juni 2024 total distribusi mobil baru atau wholesales turun 19,4 persen dari periode sama tahun lalu atau 408.012 unit dari 506.427 unit.

Kondisi serupa terjadi pada penjualan ritel, yakni minus 14 persen atau dari 502.533 unit menjadi 431.987 unit secara tahunan (year-on-year/yoy).

Baca juga: Menperin Kantongi 5 Komitmen Investasi Baru Otomotif

Suasana pameran IIMS 2024Kompas.com Suasana pameran IIMS 2024

Artinya, tiap bulan penjualan mobil yang bisa dibukukan pada tahun ini hanya sekitar 71.000 unit. Cukup jauh dibandingkan enam bulan pertama tahun sebelumnya yang rata-rata mencapai 84.000 unit per-bulan.

Atas kondisi tersebut, Ketua Umum Gaikindo Johannes Nangoi memastikan bakal merevisi target penjualan tahunan yang sudah disepakati, yaitu 1,1 juta unit.

Besaran targetnya akan menyesuaikan kinerja penjualan mobil setelah diselenggarakannya pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024.

"Revisi target harus kita lakukan karena kita sampai dengan bulan Juni 2024 penjualan baru 400.000 unit lebih. Mungkin nanti segera setelah selesai atau sembari GIIAS 2024 kita bahas," katanya di ICE BSD, Tangerang, Kamis (18/7/2024).

"Kita akan coba lihat sebelum GIIAS 2024 ini berakhir, apakah akan direvisi atau tidak. Namun, kemungkinan besar kita akan revisi," lanjut Nangoi.

Baca juga: Nasib Pajak Mobil Hybrid Masih Belum Ditentukan

Suasana pameran Thailand International Motor Expo 2023Dok. Motor Expo Suasana pameran Thailand International Motor Expo 2023

Menurut Nangoi, terdapat beberapa alasan mengapa pasar kendaraan roda empat atau lebih nasional lesu sepanjang semester pertama 2024.

Faktor pertama, karena adanya krisis ekonomi global imbas inflasi Amerika Serikat (AS) yang cukup tinggi. Hingga pada akhirnya membuat The Fed memertahankan suku bunga acuan di level 5,50 persen ke atas.

"Kedua, interest rate kita naik cukup tinggi. Sementara hamper 90 persen penjualan mobil itu melalui leasing company sehingga membuat pasar agak berat," ucap Nangoi.

"Kemudian nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga mendapat tekanan dalam beberapa bulan terakhir. Faktor keempat, adanya agenda politik yang cukup berat di awal tahun," lanjut dia.

Dengan kondisi global yang sangat menantang, asosiasi lantas berharap pemerintah dapat mengeluarkan insentif untuk gairahkan industri otomotif. Mengingat sektor ini berkontribusi hingga 4,5 persen terhadap PDB.

Adapun insentif yang diminta ialah Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) alias diskon PPnBM seperti yang sudah pernah diimplementasikan 2021-2022 lalu.

Baca juga: Ini Kata Wapres Maruf Amin Usai Coba Kabin Hyundai Kona Electric

Pekerja merakit mobil pick up di Pabrik Mobil Esemka, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/9/2019). Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik mobil PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) untuk mulai beroperasi memproduksi mobil. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho Pekerja merakit mobil pick up di Pabrik Mobil Esemka, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/9/2019). Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik mobil PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) untuk mulai beroperasi memproduksi mobil. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.

"Kita juga sudah mengusulkan kepada pemerintah bahwa perlu barang kali dilakukan lagi insentif sementara seperti pasca Covid-19 lalu, yaitu pengurangan atau penghapusan PPnBM," ucap Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto.

"Gunanya supaya harga lebih terjangkau dan pabrik-pabrik kita jalan lagi. Baik Pabrik mobil maupun pabrik komponennya," lanjut dia.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita juga mengimbau supaya para produsen otomotif di dalam negeri tidak menaikkan harga jual produknya dahulu.

Langkah tersebut sebagai upaya untuk merangsang daya beli masyarakat yang kini sedang melambat. Apabila harga mobil naik, maka penjualan bisa semakint ertekan.

"Daya beli lagi lesu dan ini ada kaitan dengan dalam tanda petik tingginya nilai dollar Amerika. Jadi kita minta agar produsen menahan diri untuk menaikkan harga dari masing masing produksi," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau