JAKARTA, KOMPAS.com - Mudik Lebaran 2024 sudah berakhir. Para pemudik mulai kembali ke perantauan untuk mengadu nasib. Biasanya ke kota-kota besar salah satunya ialah Jakarta.
Menariknya, menurut data yang dikeluarkan Kepolisian menjelaskan bahwa faktor terbesar kecelakaan di jalan yaitu abai jaga jarak aman sebesar 32 persen, berbelok 16 persen, berubah arus 13 persen, dan menyalip 11 persen.
Baca juga: Motor dengan Keyless, Jangan Lupa Tekan Tombol Ini pada Kuncinya
Artinya dari data tersebut, masih banyak masyarakat yang abai menjaga jarak. Sebuah ironi di mana para pegiat dan praktisi keselamatan mengemudi selalu mengembar-gemborkan mengenai rumus jaga jarak 3 detik.
View this post on Instagram
Instruktur utama Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, mengatakan, tabrakan beruntun biasanya terjadi sebab pengemudi tidak menjaga jarak aman dengan mobil di depannya.
Sialnya kata Jusri, hanya sebagian kecil pengemudi di Indonesia yang paham dan menerapkan rumus tiga detik di jalan tol. Alasannya karena pengemudi tidak paham cara mengendarai mobil saat berada di belakang mobil lain.
Baca juga: Cek Harga Motor Sport Bekas 150 cc, Dijual mulai Rp 8 Jutaan
"Di Indonesia karena mayoritas pengguna jalan tidak paham step following distance, berbasis waktu reaksi, sehingga ketaatan meraka dan perilaku mereka dalam menyikapi jarak antar kendaraan itu tidak ada pedoman. Suka-suka mereka," kata Jusri kepada Kompas.com, belum lama ini.
"Ketika kita menerapkan hal tersebut (rumus jaga jarak 3 detik) kita jadi kelompok minoritas dan ketika menerapkan di lingkungan mayoritas yang tidak paham itu akan sulit sekali," ujar Jusri.
Baca juga: Perpanjang Usia Baterai Motor Listrik, Matikan MCB
Jusri mengatakan, ada dua alasan mengapa rumus tiga detik di jaln tol sulit diterapkan. Pertama karena orang Indonesia gemar menyalip, dan kedua pengemudi di Indonesia senang membuntuti mobil di depannya.
"Ketika kita sedang memjaga jarak (dengan mobil depan) malah dikira kita kasih ruang orang masuk. Orang nyalip. Ini pertama. Kemudian, kedua saat kita sudah memberikan jarak di depan tapi di belakang kita tidak. Justru nempel bumper to bumper," ujarnya.
Untuk itu kata Jusri, rumus tiga detik baru bisa terlaksana jika setiap orang mesti paham bahaya di jalan kemudian menjaga jarak aman. Sehingga pengemudi tidak khawatir dengan kendaraan di depan dan tabrak belakang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.