JAKARTA, KOMPAS.com - Walaupun ukurannya kecil, busi motor punya peran penting dalam pengoperasian motor, karena berfungsi memantik dan mengatur ritme nyala api di ruang bakar mesin.
Uniknya, busi motor ternyata punya peran lain yang belum banyak diketahui pengguna, yakni sebagai alat untuk mendiagnosa kesahatan motor.
Diko Octaviano, Technical Support PT Niterra Mobility Indonesia, produsen merek busi NGK menjelaskan, trik ini sebetulnya cukup mudah dilakukan dan hanya diketahui oleh mekanik bengkel resmi.
“Jadi kalau ada yang heran, kok bisa ketahuan motor lagi kena masalah apa padahal posisinya belum dibongkar, (mekanik) melihatnya lewat busi,” ucapnya saat dihubungi Kompas.com, pekan lalu.
Baca juga: Ini Batasan Minimal Usia Kepemilikan Semua Jenis SIM di Indonesia
Dia lantas membagikan tiga contoh kerusakan yang cukup sering terjadi pada motor dan bisa dipantau lewat elektroda alias pucuk busi, berikut poinnya :
1). Elektroda busi berwarna putih
Normalnya, elektroda busi berwarna krom seperti logam pada umumnya. Jika berubah menjadi putih, ada indikasi jika mesin mengalami overheating.
“Kalau overheating sudah bisa dikira-kira masalahnya di mana, bisa coolant pendingin habis, terlambat ganti oli, atau semacamnya,” kata Diko.
Baca juga: Moeldoko Sebut Populasi Motor Listrik Belum Sesuai Target
2). Elektroda dan leher busi hitam legam
Seiring berjalannya waktu, busi pasti akan kotor karena penggunaan. Namun jika kondisinya berwarna hitam legam seperti terbakar, ada indikasi kerusakan pada ruang bakar mesin.
Diko mengatakan, kondisi semacam ini dikenal dengan sebutan carbon fall dan biasanya terjadi pada motor-motor berkompresi tinggi.
“Biasanya detonasi (pembakaran BBM tidak optimal), berarti di mesin ada kerusakan,” ucap dia.
Baca juga: Tips Mengemudi Aman Saat Mudik di Bulan Puasa
3). Elektroda busi berwarna merah
Kendala terakhir yang bisa dilihat melalui busi adalah jika elektroda berwarna merah. Artinya, pengguna terlalu sering menggunakan produk octane booster alias penambah oktan.
Menurut Diko, busi-busi motor sudah memiliki spesifikasi yang disesuaikan dengan jenis mesin motor dan tingkat kompresinya. Hadirnya octane booster dianggap kurang tepat dengan setingan awal pabrik.
“Kami tidak bilang octane booster itu jelek, tapi kalau memang mau menggunakan BBM dengan jumlah oktan lebih tinggi, sebaiknya tingkat busi juga dinaikkan,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.