KLATEN, KOMPAS.com - Kebiasaan penumpang cukup mudah dibaca oleh pelaku pencurian. Kebanyakan penumpang akan memisahkan benda-benda berharga mereka dengan bagasi utama lalu dimasukkan ke dalam tas kecil.
Tas kecil tersebut umumnya akan dibawa ke dalam kabin. Namun, justru tindakan tersebut dianggap mencolok sehingga pencuri bisa lebih fokus dalam menjalankan aksinya.
Kejadian kehilangan benda berharga di bus antar kota antar provinsi (AKAP) sering terjadi belakangan ini. Uniknya, pola pencuriannya hampir mirip, yakni pelaku mengincar tas kecil yang berada di dekat korban.
Baca juga: Curi Laptop Diganti Buku di Bus, Dua Residivis Ini Ketahuan Saat Hendak Turun di Klaten
Founder & Lead Instructor Jakarta Defensive Driving Consulting (JDCC) Jusri Pulubuhu mengatakan tas kecil yang berada pada jangkauan penumpang justru menjadi incaran pencuri.
“Umumnya benda-benda berharga akan dibawa oleh penumpang tidak jauh dari jangkauan, seperti ponsel, dompet, laptop atau tablet dan sejenisnya, mereka dimasukan dalam tas ukuran 30 liter, backpack dan sejenisnya, tidak menjadi satu dalam bagasi,” ucap Jusri kepada Kompas.com Jumat (29/12/2023).
Jusri mengatakan tas kecil ini bakal menjadi benda yang menarik perhatian bagi para pelaku pencurian. Maka dari itu sebaiknya dihindari atau selalu diawasi jika memang terpaksa.
Baca juga: Detik-detik 2 Pria Tepergok Maling Laptop di Bus, Sempat Memaksa Turun dan Tidak Ditahan
“Sebenarnya benda berharga seperti laptop atau sejenisnya perlu disamarkan keberadaanya bukan malah dispesifikkan dalam satu tempat, itu akan mempermudah maling menjalankan aksinya,” ucap Jusri.
Melihat tingkat keamanan pada transportasi umum, memang sebaiknya barang berharga tidak dibawa dalam perjalanan seperti ini menurut Jusri.
“Apalagi sampai menampakkan atau digunakan saat berada di dalam kabin bus AKAP, tentu itu akan lebih meyakinkan pencuri untuk mengambilnya saat korban dalam situasi lengah,” ucap Jusri.
Jadi, sikap waspada terhadap benda-benda bawaan selama dalam transportasi umum, khususnya bus AKAP sebaiknya tetap dilakukan biarpun bus tampak aman dan menjanjikan karena menurut Jusri potensi tindak kriminal selalu ada.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.